Lihat ke Halaman Asli

Isti Yogiswandani

TERVERIFIKASI

Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Pabrik Gula Pagotan dan PG Rejo Agung, Peninggalan Kolonial yang Masih Eksis dan Berfungsi

Diperbarui: 24 Agustus 2022   16:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Deskripsi lori pengangkut tebu yang telah direnovasi di PG Pagotan(dokpri by IYeeS) 

"Mas, kok bau jagung rebus, ya? "

Suamiku tertawa dan memandangku aneh. Sebaliknya aku balik menatap dalam ketidakmengertian. "Apanya yang lucu? " Batinku. 

Nih orang memang bahagia banget kalau lihat orang tidak paham dan terlihat bodoh. 

"Itu lho, Dek.... Sebelahmu kan pabrik gula! "

"Owh...! " Aku mana tahu, kan baru kali itu lewat pas Pabrik Gula melakukan aktivitas penggilingan tebu. 

Yah, itu memang kira-kira 27 tahun yang lalu, saat saya baru menikah dan langsung pindah ke Madiun mengikuti suami.

 Wajar kalau saya tidak paham dengan aktivitas Pabrik Gula. Maklum di kampung halamanku tidak ada pabrik gula. Lagian saya juga nggak salah-salah amat, aroma tebu yang sedang digiling itu memang mirip-mirip aroma jagung manis, hehehe...

Kini, saat HUT 77 RI, saya sempatkanberhenti sejenak, melihat-lihat, mengamati dan memfoto PG yang masih aktif beroperasi sampai sekarang. 

Pabrik Gula Pagotan ini merupakan salah satu PG. yang ada di Madiun. Selain Pagotan, ada juga PG Rejo Agung dan PG. Kanigoro. 

Tapi PG Kanigoro  sudah tidak beroperasi lagi sejak tahun 2017. Hal ini karena sejak tahun 2014-2016 PG Kanigoro terus merugi. Pasokan bahan baku tebu hanya bisa tercukupi sekitar 30 %, hingga akhirnya PG Kanigoro ditutup dan hanya dipergunakan untuk workshop dan house of maintenance. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline