Lihat ke Halaman Asli

Irmina Gultom

TERVERIFIKASI

Apoteker

[Resensi] The Tattooist of Auschwitz

Diperbarui: 20 Maret 2021   11:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

"Van itu begitu penuh sehingga pria terakhir yang naik berpegangan ke pijakan dengan ujung jari kaki, bokong telanjang mereka mencuat keluar dari pintu. Para perwira menjejalkan tubuh-tubuh itu dengan mendorong. Lalu pintu-pintu ditutup dengan bantingan. Seorang perwira mengitari van, menggedor lempengan logam, memastikan semua rapat. Seorang perwira yang lincah memanjat ke atap van dengan membawa tabung. Tanpa mampu bergerak, Lale melihat perwira itu membuka pintu kecil di atap van dan membalikkan tabung. Lalu dia menutup pintu itu lagi keras-keras dan menguncinya. Sementara tentara itu bergegas turun, van berguncang hebat dan terdengar jeritan samar." -- The Tattooist of Auschwitz (Juru Tato dari Auschwitz).

Blurb

Bulan April tahun 1942, Ludwig Eisenberg masih berusia 24 tahun ketika pemuda asal Krompachy di Slovakia itu, dibawa bersama sekian banyak orang Yahudi menuju ke kamp konsentrasi terbesar di Auschwitz, Polandia. Tentunya saat itu Lale dan lainnya tidak tahu akan dibawa kemana dan akan seperti apa nasib mereka nantinya.

Sesampainya di kamp, Lale harus membuang semua barang-barangnya. Ia berganti baju tahanan, rambutnya dicukur, dan lengannya ditato dengan nomor 32047. Resmi sudah ia menjadi tahanan Nazi di bawah pengawasan tentara SS (Schutzstaffel), dan bekerja membangun kamp bersama tahanan lainnya.

Tak lama setelah itu, Lale terserang tifus dan hampir mati. Namun beruntung, Lale diselamatkan oleh temannya dan bertemu dengan Pepan, si Tatowierer (Juru Tato). Setelah sembuh, Pepan menjadikan Lale sebagai asistennya untuk menato para tahanan yang baru datang. Dari Pepan, lale belajar untuk menahan diri, diam dan menundukkan kepala di depan tentara SS.

Suatu hari, ketika tiba-tiba Pepan menghilang, Lale akhirnya menggantikan posisi Pepan sebagai Tatowierer. Juga karena kebetulan ia menguasai beberapa bahasa. Jabatan sebagai Tatowierer berarti keberuntungan. Seorang Tatowierer bekerja di bawah Politische Abteilung (Departemen Politik) dan ia akan memperoleh tempat yang lebih layak untuk tidur dan jatah makanan tambahan. Lale diberi satu tas berisi peralatan lengkap untuk menato yang membuatnya bisa lebih bebas berjalan di sekeliling kamp hanya dengan menyebutkan 'Politische Abteilung' di depan tentara SS yang mencegatnya.

Pekerjaan sebagai Tatowierer cukup melelahkan bagi Lale karena ratusan tahanan dari berbagai negara berdatangan setiap harinya. Suatu hari, Lale menato seorang wanita yang ketakutan, bernama Gisela Fuhrmannova (Gita). Lale pun berusaha menghibur Gita yang ketakutan. Sejak pertemuan pertama mereka itu, Lale bertekad ia akan bertahan dan keluar hidup-hidup dari kamp itu bersama Gita.

Selama dua setengah tahun menato ribuan tawanan di kamp, Lale menyaksikan kekejaman tentara Nazi terhadap tawanan orang-orang Yahudi. Berbekal posisinya sebagai Tatowierer, Lale sering menyelundupkan jatah makanan tambahannya untuk dibagikan kepada teman-teman di bloknya, Gita dan teman-temannya, juga kepada keluarga Gipsi yang menghuni bloknya kemudian hari.

Lale juga membangun koneksi dengan pengawasnya, serta orang luar untuk memperoleh makanan tambahan yang ia tukar dengan perhiasan dan batu-batu mulia milik para tawanan Yahudi yang telah dibunuh. Dan sambil berusaha menjaga dirinya agar tetap hidup, Lale juga berusaha mati-matian menjaga harapan Gita supaya wanita itu bisa terus bertahan.

Akankah Lale dan Gita berhasil keluar dari kamp dengan selamat? Atau apakah akhirnya salah satu dari mereka terpaksa pergi lebih dulu?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline