Lihat ke Halaman Asli

Melayanilah dengan Tulus, Rasa Empati Akan Mekar dalam Hati

Diperbarui: 23 September 2020   15:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Pengobatan dengan disertai sikap empati menghasilkan dampak yang lebih baik dari pada tanpa empati. Begitulah temuan Robert Elliot yang ditulis dengan jernih dalam Psychotherapy (2011). Kedalaman makna hidup manusia ditentukan oleh kemampuan mereka untuk peduli kepada sesama, seperti kristal embun di pucuk dedaunan kehidupan.

Masalahnya adalah, bagaimanakah mengajarkan empati pada mahasiswa, anak-anak, atau pembelajar yang kita didik? Sebuah tantangan yang tidak mudah, sebab membelajarkan empati pada diri anak-anak bukan hanya menuturkannya dengan tumpahan kata-kata,tapi harus dengan sebuah tindakan nyata, yang kerap sulit diwujudkan di era yang serba cepat, dimana anak-anak banyak menemukan 'ketidak jujuran dan kepongahan dalam kehidupan mereka"

Lalu, dalam melatih etika berinteraksi dengan orang lain, Saya menugaskan mahasiswa ke salah satu Panti asuhan, terserahlah mau dimana, yang penting, mereka membawa laporan kegiatan.

Mahasiswa itu membuat acara menarik, dan menyentuh hati saya, dengan membuat acara sederhana 'merayakan Ultah' salah satu anak panti' dalam perayaan itu mereka membuat tumpeng, serta ada hadiah dari mahasiswa lain, tentu bingkisannya gaya mahasiswa, unik , pasti murah, dan berarti.

Dok. pribadi

Perayaan berangsur meriah ala mahasiswa , lalu anak yang dirayakan itu tampil, saat pemotongan tumpeng, dan menyerahkannya , kepada mahasiswa yang merayakannya, lalu memeluknya dengan menangis, " Kakak, saya bahagia walaupun saya tidak memiliki ayah dan ibu, kakak sudah baik hati, kakak telah memperhatikan hari kelahiran saya, saya bahagia, saya akan berusaha supaya bisa membalas budi baik kakak.

Mahasiswa saya menangis , dan yang lain juga tak terasa menitikkan air mata, terharu.

Anak itu berkata lagi, Saya bangun pagi, untuk menunggu jemputan agar bisa sekolah dari panti ini. Kami tahu hidup ini harus disiplin dan berjuang agar  bisa mengubah nasib saya, katanya lugu, begitu mahasiswa menirukannya,ketika dia mempresentasikan kegiatan itu dihadapan saya.

Saya bersyukur  menyaksikan mahasiswa saya tersentuh atas perbuatan itu, dia sangat terharu dan mengalami ternsformasi jiwa, dan  menemukan hal-hal menarik dan patut dicontoh dalam hal tekad pada anak-anak panti asuhan. Mahasiswa saya,  hatinya terbuka bahwa di luar sana masih banyak orang yang membutuhkan uluran tangan kita.

Pesan saya kepada mereka adalah, "Kamu tidak butuh uang untuk membantu orang lain, kamu hanya butuh hati untuk membantu mereka. Saya pun, ketika dia mempersentasikan apa yang dilakuan, saya tak tahan untuk tidak meneteskan air mata. Mahasiswa saya menambahkan dia sangat tersentuh, anak-anak itu disiplin, dan memiliki cita-cita yang tinggi, Namun kadang mahasiswa saya, menyesali diri sebagi autokritik  atas  kemalasan dan  kegiatan yang tidak bermanfaat  bagi dirinya.

Kata mahasiswa penus sesal, " saya punya fasilitas,  punya ayah dan ibu lengkap, namun kadang tidak disiplin, sering manja, namun kegiatan seperti itu membuat hatinya tersentuh. Itulah model bagaimana  rasa empati bisa dimulai. Saya melihat bahwa mereka bahagia  dan antusias dengan kegiatan seperti itu. Itulah rasa empati yang bisa ditunjukkan kepada orang lain.

Empati itu adalah, menciptakan keinginan untuk menolong sesama, mengalami emosi yang serupa dengan emosi orang lain, mengetahui apa yang orang lain rasakan dan pikirkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline