Lihat ke Halaman Asli

Beryn Imtihan

TERVERIFIKASI

Penikmat Kopi

Aktivisme Gen Z: Semangat, Kecemasan, dan Doa Seorang Ayah

Diperbarui: 24 September 2025   20:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Ada bendera berkibar, yah.” Pesan singkat itu tiba-tiba muncul di layar ponsel, dikirim anak sulung yang tengah ikut demonstrasi. (Sumber: Dokpri)

Ada bendera HMI MPO, yah.” Pesan singkat itu muncul di layar ponsel, dikirim anak sulungku yang tengah ikut demonstrasi. Dari rumah, hanya bisa menafsirkan situasi. Foto di media sosial memperlihatkan kerumunan mahasiswa, bendera berkibar di tengah cuaca mendung.

Seketika hati campur aduk: bangga pada keberanian anak, cemas pada keselamatannya, dan terseret kenangan masa muda saat ikut turun ke jalan. Momen itu mengingatkan betapa aktivisme mahasiswa, dari masa ke masa, selalu menjadi bagian penting perjalanan demokrasi di negeri ini.

Bendera itu bukan sekadar kain. HMI MPO, singkatan dari Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelamat Organisasi, selama puluhan tahun menjadi bagian dari sejarah pergerakan mahasiswa Indonesia. Bersama HMI (Dipo), keduanya melahirkan generasi aktivis yang terus menuntut perubahan melalui jalan panjang perjuangan mahasiswa.

Simbol itu kini berada di tangan Gen Z. Mereka menyalurkan aspirasi, menyuarakan kritik, sekaligus memperjuangkan nilai-nilai yang diyakini. Perubahan zaman membuat keberanian itu berpadu dengan teknologi, di mana aksi nyata di jalanan diperkuat narasi digital di media sosial.

Melihat Dunia dari Layar Ponsel

Dari layar ponsel, dunia luar tampak begitu dekat, tetapi tak terjangkau. Anak berada di tengah kerumunan, mengibarkan bendera dan berteriak bersama barisan mahasiswa. Orang tua hanya bisa memandang, hati berdebar, sambil menebak suasana yang dihadapi anaknya di lapangan.

Status yang ia unggah menunjukkan bendera berkibar, barisan rapat, dan semangat menyala. Demonstrasi bukan hanya aksi simbolis, melainkan ruang belajar politik. Gen Z mengekspresikan pendapat, menguji keberanian, dan memahami risiko nyata, sambil tetap terkoneksi dengan orang tua lewat layar ponsel.

Ingatan kemarin ikut hadir. Saat demo “Indonesia Gelap”, barisannya sempat tercerai berai karena gas air mata. Pesan penuh cemas dikirim: mundur menepi, jangan sendirian, ajak barisan tetap bersama. Rasa takut berpadu doa, semoga ia selamat dari kericuhan.

Momen-momen itu menjadi pengingat bahwa keberanian masa muda sering berjalan berdampingan dengan risiko. Orang tua hanya bisa menasihati dan menguatkan dari jauh, sambil merefleksikan pengalaman serupa di masa lampau. Kini, peran berubah: dari pelaku lapangan menjadi pengamat penuh doa.

Semangat Gen Z di Jalanan

Gen Z menyalurkan aspirasi secara terbuka dan berani, menjangkau audiens lebih luas dibanding generasi sebelumnya. Demonstrasi menjadi sarana menyalurkan kritik sekaligus membangun kesadaran sosial. Semangat kolektif ini memberikan pengalaman yang tak bisa diperoleh hanya di ruang kelas atau media sosial yang serba instan dan cepat.

Turun ke jalan mengajarkan solidaritas, koordinasi, serta keberanian mengambil sikap. Aktivisme di jalan raya menjadi bagian pendidikan demokrasi yang nyata. Di sinilah mereka belajar mengasah kepemimpinan, melatih empati, dan memahami makna perjuangan bersama dalam kondisi penuh dinamika.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline