KURIKULUM BERBASIS CINTA DAN PEMBELAJARAN MENDALAM: MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG MEMANUSIAKAN MANUSIA
Oleh Idris Apandi, Penulis Buku Memahami Deep Learning Tanpa Pening
Pendahuluan
Pendidikan di Indonesia terus bergerak seiring dengan tantangan zaman. Perubahan kurikulum dan pendekatan pedagogi merupakan respons atas kebutuhan dunia yang semakin kompleks. Salah satu terobosan terbaru adalah Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) yang diluncurkan Kementerian Agama Republik Indonesia mulai tahun pelajara 2025/2026. Kurikulum ini hadir sebagai jawaban atas kegelisahan bahwa pendidikan tidak boleh berhenti pada angka-angka akademis, melainkan harus melahirkan generasi yang cerdas sekaligus berkarakter, penuh kasih sayang, dan peduli terhadap sesama. KBC bukan kurikulum yang menggantikan yang berlaku saat ini, melainkan pengayaan/penguatan atas kurikulum yang sudah ada, dengan nilai cinta sebagai jiwa pendidikan.
Sementara itu, dalam khazanah pedagogi global, istilah pembelajaran mendalam (deep learning) menjadi perhatian utama. Konsep ini menekankan bahwa belajar bukan sekadar menghafal, melainkan memahami, mengaitkan, dan mampu mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan nyata.
Keduanya---Kurikulum Berbasis Cinta dan pembelajaran mendalam---bertemu pada titik yang sama: mewujudkan pendidikan yang memanusiakan manusia. Artikel ini akan menguraikan keterkaitan keduanya, strategi implementasi dalam pembelajaran di kelas, serta bagaimana asesmen holistik dapat digunakan untuk menilai keberhasilan belajar yang sejati.
Kurikulum Berbasis Cinta: Pendidikan dengan Hati
Kurikulum Berbasis Cinta bukan sekadar jargon, melainkan sebuah paradigma pendidikan yang menempatkan kasih sayang, empati, dan kepedulian sebagai fondasi utama.
KBC memiliki pilar-pilar utama sebagai berikut:
- Hablum Minallah --- hubungan dengan Tuhan. Nilai spiritualitas, ibadah, dan keimanan yang mendalam.
- Hablum Minannas --- hubungan antar sesama manusia: empati, toleransi, persaudaraan, menghargai perbedaan.
- Hablum Bil Bi'ah --- hubungan dengan lingkungan alam. Kepedulian terhadap lingkungan, tanggung jawab ekologis.
- Hubbul Wathan --- cinta tanah air. Nasionalisme yang berimbang, patriotisme yang tidak eksklusif.
Ada lima nilai cinta yang diusung KBC:
- Cinta kepada Tuhan dan Rasul-Nya-- diwujudkan melalui penguatan spiritualitas dan meneladani akhlak mulia Rasulullah Saw.
- Cinta diri dan cinta kepada sesama manusia -- ditunjukkan dengan toleransi, gotong royong, dan saling menghargai.
- Cinta kepada ilmu -- terefleksi dalam rasa ingin tahu, integritas, dan kedisiplinan belajar.
- Cinta kepada lingkungan -- terwujud dalam kepedulian menjaga kelestarian alam.
- Cinta kepada Tanah Air - Peserta didik diarahkan untuk memiliki nasionalisme, menghargai budaya lokal, menjaga persatuan, dan berkontribusi positif bagi bangsa.
Paradigma ini menuntut guru untuk tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pendidik yang menebarkan kasih sayang. Proses pembelajaran harus menghadirkan rasa aman, hangat, dan menyenangkan sehingga siswa tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Menanamkan nilai cinta tidak mudah; dibutuhkan perubahan pola pikir, metode pengajaran, dan kapasitas guru. Guru tidak hanya menyampaikan konten, tetapi juga menjadi teladan dalam perilaku empatik dan cinta.