Bicara soal pendidikan bermutu artinya kita berbicara bagaimana melahirkan generasi bangsa yang berprestasi, melahirkan generasi yang mampu berdaya saing. Namun, mirisnya pendidikan sekarang bertolak belakang dengan apa yang diharapkan.
Pembulian terjadi di mana-mana, kekerasan seksual yang terus meningkat, serta hal-hal lain yang terus merusak sistem pendidikan itu sendiri. Hal-hal seperti ini bukan terjadi karena prestasi anak-anak menurun, bukan pula sistem akademik yang kurang afektif.
Akan tetapi, kurangnya akhlak dan adab yang dibangun dalam diri anak-anak. Jika pendidikan terus melahirkan generasi penerus seperti ini. Apakah bisa dengan pendidikan bermutu para siswa hadapi tantangan abad 21?
Dalam buku Mengasah Pola Pikir Anak yang ditulis oleh Abdul Karim bakar, mengatakan bahwa pendidikan juga bertujuan untuk menumbuhkan generasi yang berkomitmen terhadap ajaran-ajaran agama. Mampu menyikapi kondisi-kondisi yang terjadi pada masanya, serta disiplin dan mampu memikul tanggung jawab yang ada di pundaknya.
Maka, dari itu kita selaku pendorong lahirnya generasi pendidikan yang bermutu baik guru, orang tua, dan masyarakat harus berusaha membantu membangun generasi yang berakhlak dan beradab.
Nah, salah satu caranya adalah dengan membaca.
Kata Suherman dalam bukunya yang berjudul Bacalah,"Pendidikan tanpa membaca bagaikan raga tanpa ruh".
Pendidikan sekarang bukan lagi persoalan bagaimana meningkatkan nilai dan prestasi semata.
Karena pendidikan juga harus dipadankan dengan akhlak dan adab. Karena kedua hal ini penting untuk ditentukan pada diri semua peserta didik.
Buku dikatakan sebagai gudang ilmu dan membaca adalah kuncinya. Polemik membaca saat ini adalah ada pada tidak adanya sebuah dukungan dari masyarakat, guru, dan terutama orang tua. Maka, mari mulai membangun budaya membaca. Minimal dari lingkungan rumah sendiri. Dan yang menjadi tanggung jawab atas ini adalah orang tua di rumah.