Lihat ke Halaman Asli

Kesan tak Terlupakan Bersama Garuda

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya lumayan sering pergi ke beberapa daerah di Indonesia, untuk menjalankan tugas. Sebagai seorang wartawan, saya sering diundang acara atau pergi mendapatkan hadiah, karena prestasi menulis yang berhasil saya raih.

Sebelumnya saya belum pernah naik Garuda, karena pengundang lebih senang membelikan tiket pesawat murah. Namun saat kantor menugaskan saya meliput acara Bank Indonesia di Jakarta, barulah saya berkesempatan naik Garuda pulang pergi.

Kesan saya terkait masalah waktu, Garuda sangat on-time. Saat masuk ke pesawat, saya rsakan keramahan para pramugara dan pramugarinya.

Beranjak ke tempat duduk, saya bisa bernafas lega, karena lapang dan menyamankan. Apalagi ditemani earphone yang memungkinkan saya bisa menikmati musik dan sajian lain yang disuguhkan Garuda selama dalam perjalanan.

Sajian permen juga makin melegakan saya yang kerap lupa membelinya kala bepergian. Permen bagi saya sebagai anti mabuk perjalanan. Jika mulut ada yang dikunyah, mabuk bisa saya hindari. Beruntung sekali saya naik Garuda, karena hari itu lupa beli permen.

Kesan mendalam yang saya dapatkan, saat take off. Jujur saya sering cemas saat pesawat mau take off. Selalu ada rasa takut pesawat tidak sukses mengudara.

Namun dengan Garuda rasa itu hilang, karena semuanya dilakukan secara halus tak mendebarkan. Tampak sekali jika pilotnya telah berpengalaman.

Beberapa menit di atas udara, pramugari menyuguhkan makanan. Padahal permen yang dibagikan sebelum take off masih ada di mulut.

Buru-buru saya kunyah permennya dan mulai beranjak menikmati makanan sesudahnya. Sebagai orang Minang, Garuda tampaknya pinter sekali dengan selera. Makanannya pas di lidah saya, dengan racikan bumbu Minang yang sudah akrab di selera.

Saya sempat tertidur, ketika pesawat mengudara lebih tinggi. Saya tak bisa lagi memandang keluar pesawat, sehingga saya pilih memejamkan mata.

Saya terbangun saat suara pramugari di pengeras suara meminta penumpang mengembalikan sandaran kursi dan melipat meja. Saat mendarat di Bandara Soekarno Hatta sudah dekat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline