Lihat ke Halaman Asli

hendra setiawan

TERVERIFIKASI

Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merayakan Sukacita Kemerdekaan di Kampung

Diperbarui: 17 Agustus 2022   19:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karnaval di hari kemerdekaan (foto: dok. pribadi) 

Tahun 2022 ini, setelah vakum selama dua tahun karena masa pandemi, semarak kemerdekaan kembali bisa dirasakan oleh warga bangsa. Aneka kegiatan semacam lomba-lomba, malam tirakatan, hingga karnaval (pawai tujuh-belasan), bisa kembali terlaksana. Walaupun tentunya semua itu belum benar-benar pulih total.

Sebagaimana tema yang telah ditetapkan oleh pemerintah tahun ini, yakni "Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat". Semangat ini pun kiranya juga menjiwai para anak bangsa dalam menyambut kemerdekaan ke-77 Republik Indonesia.

Sambut Kemerdekaan di Kampung

Setelah pada bulan Juli lalu, sepekan sekali diadakan beberapa aneka lomba. Mulai dari tingkat PAUD-SD, atau SD-SMA, dan pasangan Bapak-Ibu. Kemarin (16/8/2022), malam tirakatan di kampung saya juga kembali digelar.

Memang hanya membuat panggung mini semata. Bukan acara besar yang megah dan meriah seperti kebanyakan ketika menggelar panggung kegiatan 17 Agustus. Tapi kegiatan yang hampir memakan waktu 2 jam ini, juga agak spesial. Sebab juga diisi dengan aneka tampilan sebagai pengisi acaranya. 

Ada unjuk bakat seperti peragaan jurus karate dari anak yang mengikuti olahraga ini. Ada pula ragam tarian dari berbagai daerah Nusantara. Tak terlewat tentu saja tari khas Surabaya, "Remo". Tarian lainnya adalah yang cocok diperagakan oleh anak-anak (tari kreasi). Juga tarian daerah lain yang agak familiar seperti Jaranan dan Gandrung.

Setidaknya, lewat aneka tarian yang diperagakan oleh adik-adik usia sekolah ini, dapat mengingatkan pentingnya keragaman budaya Nusantara. Warisan kekayaan leluhur yang perlu dijaga kelestariannya. Boleh menjadi generasi yang lekat dengan medsos, karena itu dunia yang dihadapinya. Namun tak meninggalkan akar tradisi lokal yang menghidupinya.

Malam tirakatan diisi dengan aneka tarian (foto kolase: dok. pribadi) 

Di tengah bahaya intoleransi yang serasa menguat, perlu juga untuk terus menanamkan keindahan perbedaan dalam masyarakat yang majemuk. Sebagaimana doa bersama yang dipanjatkan sebelum acara makan bersama. "Kiranya Tuhan yang Maha Esa senantiasa memberikan rahmat-Nya agar bangsa kami dapat hidup rukun dan damai."

Tak lupa juga, dalam malam kebersamaan warga ini, panitia memberikan hadiah lomba kepada para pemenang. Lebih hangat dan semarak lagi tatkala kaum ibu yang "dipaksa" untuk berjoget sebelum penyerahan hadiah, hehe... Tentu dengan lagu yang sedang hits di masa sekarang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline