Desa Jenisgelaran Kabupaten Jombang memiliki beberapa komunitas seni yang sudah dikenal oleh masyarakat sekitar. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2022 tentang penggalian dan pemetaan kesenian di Desa Jenisgelaran, menyatakan bahwa Desa Jenisgelaran memiliki komunitas seni yang aktif hingga sekarang. Kesenian itu antara lain wayang, jaranan, tari remo, sinden, gamelan, ludrug, dan banjari atau hadrah. Hasil penelitian tersebut dikemas dalam sebuah buku yang berjudul "Kearifan Lokal Budaya Desa Jenisgelaran Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang" yang terbit pada tahun 2024. Pelaku seni dalam komunitas seni yang ada di Desa Jenisgelaran ini tidak hanya yang berusia dewasa, namun juga banyak pemain seni yang masih anak-anak yang aktif melakukan pertunjukan seni secara berkala. OLeh karena itu, desa ini disebut "Kampung Seniman" karena merupakan desa yang konsisten mempertahankan budaya daerahnya dalam bentuk berbagai jenis kesenian.
Pada tahun 2023, Tim Pelaksana Pengabdian Masyarakat Skema Pemberdayaan Masyarakat Hibah DRTPM telah memberikan bantuan berupa seperangkat alat musik gamelan yang dipesan di produsen alat musik di desa ini juga . Hal ini bertujuan agar perekonomian yang berbasis seni daerah tetap dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Bantuan berupa alat musik gamelan yang diberikan pada tahun 2023, masih meninggalkan permasalahan yang dihadapi oleh para komunitas seni, yaitu dalam aspek kostum seni. Para komunitas seni memiliki keterbatasan dana untuk melengkapi atribut seninya, termasuk kostum seni yang selama ini masih menyewa.
Menurut Nelot , kostum dalam pagelaran seni berfungsi untuk menciptakan keindahan penampilan, membedakan satu dengan yang lainnya, menggambarkan karakter tokoh, memberi ruang gerak, dan memberikan efek dramatik. Dengan demikian, kostum seni merupakan unsur terpenting setelah gerakan seni dan alat musik dalam sebuah pagelaran seni. Dengan mempertimbangkan keterbatasan wardrobe seni, ketertinggalan kekinian, dan kostum yang belum berciri-khas, maka penyelesaian terhadap permasalahan yang dihadapi para komunitas seni di Desa Jenisgelaran perlu diberikan dalam bentuk penyediaan dana berupa kostum seni yang sesuai dengan kebutuhan karakter jenis keseniannya dan usia pelaku seninya.
Alhamdulillah, Tim pengusul yang terdiri dari Dra. Sudarwati, M.Si.,M.Pd., Novi Andarai, S.S., M.Pd., Dra .Anik Cahyaning Rahayu, M.Pd. yang berasal dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.dengan konsentrasi bidang keilmuan pada sosial humaniora berhasil mendapatkan dana dari Kemdiktisaintek. Dengan menggunakan dana tersebut, dibelikan kostum jaranan,tari remo, banjari, penabuh gamelan anak-anak dan dewasa, kostum sinden sebagai berikut.
- Komunitas Seni Banjari Desa Jenisgelaran dengan personil remaja sebanyak 15 orang membutuhkan pakaian muslim lengkap dengan atributnya (celana panjang, sarung, baju koko, kopiah)
- Komunitas Seni Gamelan Desa Jenisgelaran dengan personil anak-anak sebanyak 15 orang membutuhkan pakaian beskap dan udheng dengan atributnya
- Komunitas Seni Jaranan Desa dengan personil dewasa sebanyak 40 orang terdiri dari pemain jaranan dan pengiring musik membutuhkan pakaian jaranan lengkap dengan atributnya.
- Tari remo dengan personilnya laki-laki 10 0rang dan perempuan 10 orang
- Sinden dengan personilnya 12 orang. Pakaiannya berupa kebaya dan jarit
Selain itu, untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam bidang bisnis dan manajemen serta lebih meningkatkan performing art nya , maka diberikan pula pelatihan manajemen seni budaya, dan pariwisata serta performing Art. Tujuannya agar para pelaku seni dapat secara mandiri mengelola usaha pertunjukannya, dan dapat mengandalkan dunia usaha seni sebagai sumber pendapatan.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini ,selain bertujuan untuk membantu memberdayakan masyarakat juga merupakan kesempatan dosen dan mahasiswa berkecimpung secara langsung dalam masyarakat saat ini lebih terbuka dengan adanya kurikulum MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka). Dosen dapat berkegiatan di luar kampus yang tertuang dalam IKU 3, mahasiswa mendapat pengalaman belajar di luar kampus yang tertuang dalam IKU 2, dan hasil kerja dosen digunakan oleh masyarakat yang tertuang dalam IKU 5, yang terakhir adalah IKU 7 yaitu kelas yang kolaboratif dan partisipatif. Mahasiswa dapat mengimplementasikan hasil belajarnya dari mata kuliah yang bahan kajiannya sesuai dengan fokus kegiatan pengabdian. Selain itu, mahasiswa dapat mengimplementasikan softskill dan hardskill nya di bidang digitalisasi. Dosen dapat mengimplementasikan keilmuan dan wawasan, hasil riset dan hasil kerjanya untuk kepentingan masyarakat.
Luaran Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat Hibah Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Tahun 2025 yang dijanjikan adalah 1) buku 2) Publikasi Berita Media Massa 3) Video yang diunggah di Youtube, dan 4) poster 5)Artikel Jurnal Terindeks Sinta
Artikel ini sebelum disubmit ke jurnal terindeks sinta, diseminasikan terlebih dahulu di Seminar Internasional bertajuk The 4th International Conference on English Studies in Indonesia 2025 (Iconesia https://iconesia.untag-sby.ac.id/) pada tanggal 28-29 October 2025 mendatang Sebagai desa yang penuh dengan hasil budaya, kearifan lokal desa Jenisgelaran memiliki nilai moral yang tinggi. Semua menunjukkan nilai religiusitas, kebersamaan, keindahan, keluhuran budi, dan nilai-nilai lainnya. Untuk itu, perlu adanya campur tangan berbagai pihak, seperti warga, pemerintah pusat melalui pemerintah daerah, dan dinas-dinas yang terkait, untuk pelestarian dan pengembangan nilai ekonomi masyarakat dalam bentuk pewujudan desa Jenisgelaran menjadi desa Wisata.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI