Lihat ke Halaman Asli

Ghozi hiban

Pemuda tanggung

Diponegoro di Pigura

Diperbarui: 17 Agustus 2020   01:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di balik tembok suram yang bersawang
Cecak - cecak mengangkang menodai jubah tuan
Sayang, keris tuan tak lagi digenggam
Dan tuan terjebak dalam pigura usang

Maaf tuan, apimu telah padam
Dan ku yakin tuan memandang
Bukan seratus kali banyaknya lawan menghadang
Tapi merasai hidup yang sudah redam padam

MERDEKA!
MERDEKA!
MERDEKA!
Kini tuan tak lagi bisa meradang - menyerang
Pemandangan bukan mayat dan darah orang - orang
Atas digenggam bawah di hantam
Tuan diam - tak bisa melawan
Tuan diam - dalam pahatan pigura usang

Geram, tuan berkata:
"Pak karno! bukankah bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawanya, mensyukuri nikmatnya, dan menghormati kebebasan orang - orangnya?"
Suara tuan bertalu - talu menyerbu
Tetapi membentur sawang dan kotoran yang menyumpal kuping dan hati orang - orang

Demi Tuhan,
Tuan akan datang
Tuan akan meradang
Tuan akan menyerang
Kalau saja penjajah yang menghadang

Tapi, tuan akan diam
Baranya akan padam, dan apinya berangsur menghilang
Tuan menangis dalam pigura usang
Kalau bangsa sendiri yang mesti dilawan

Slawi, 9 agustus 2020
Dirgahayu Indonesia ke - 75 rekahlah mawar merah darah, dan sucilah segala pertumbuhanya




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline