Lihat ke Halaman Asli

Frans Leonardi

TERVERIFIKASI

Freelace Writer

Mengapa Sistem Pertanian Indonesia Tertinggal dari Negara ASEAN Lain?

Diperbarui: 15 Februari 2025   11:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Petani Indonesia.Pixabay.com/19661338 

Indonesia memiliki tanah yang subur, iklim yang mendukung, dan sumber daya alam melimpah. Sebagai negara kepulauan dengan lahan pertanian luas, Indonesia seharusnya bisa menjadi raksasa agraria yang mandiri dalam pangan, bahkan menjadi eksportir utama di Asia Tenggara. Namun, kenyataan berbicara sebaliknya. Produk pertanian Indonesia masih kalah bersaing dengan Thailand, Vietnam, dan Malaysia, baik dalam kuantitas, kualitas, maupun daya saing di pasar global.

Petani di negeri ini masih menghadapi berbagai kendala, mulai dari akses terbatas terhadap teknologi, kebijakan yang kurang berpihak, hingga infrastruktur yang belum memadai. Sementara itu, negara-negara ASEAN lain sudah jauh melangkah, mengadopsi teknologi modern dan membangun ekosistem pertanian yang lebih efisien.

Mengapa sistem pertanian kita begitu tertinggal? Apa yang sebenarnya terjadi di balik stagnasi sektor agraris Indonesia? Dan bagaimana negara-negara tetangga bisa lebih maju dalam pertanian? Tulisan ini akan membahas lebih dalam berbagai faktor penyebab dan kemungkinan solusi agar Indonesia tidak semakin tertinggal dalam sektor yang seharusnya menjadi keunggulannya.

Kenyataan Pahit Indonesia Masih Tertinggal

Beberapa dekade lalu, Indonesia adalah negara yang mandiri dalam sektor pangan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, ketergantungan terhadap impor pangan semakin meningkat. Misalnya, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa Indonesia masih mengimpor jutaan ton beras setiap tahunnya, meskipun memiliki luas lahan pertanian yang sangat besar. Bahkan, komoditas lain seperti kedelai, gula, dan bawang putih juga masih bergantung pada impor dari luar negeri.

Bandingkan dengan Vietnam, yang saat ini menjadi salah satu eksportir beras terbesar di dunia. Padahal, di era 1980-an, negara itu masih tertinggal jauh dari Indonesia dalam hal produksi pertanian. Lalu, bagaimana Vietnam bisa melesat meninggalkan Indonesia? Jawabannya sederhana: mereka mengadopsi strategi yang tepat, berinvestasi dalam teknologi, memperbaiki sistem irigasi, dan memberikan insentif bagi petani untuk meningkatkan hasil produksi mereka.

Di sisi lain, Thailand telah lama menjadi pusat ekspor produk pertanian dengan sistem yang lebih efisien. Negara ini bukan hanya mengandalkan produksi dalam negeri, tetapi juga memiliki riset yang kuat untuk mengembangkan komoditas unggulan seperti beras dan buah-buahan tropis yang diminati di pasar dunia. Sementara itu, Malaysia, meskipun lebih fokus pada sektor perkebunan seperti kelapa sawit dan karet, berhasil membangun industri pertanian yang terintegrasi dengan sektor industri dan ekspor.

Mengapa Indonesia Gagal Mengikuti Jejak Negara ASEAN Lain?

Salah satu faktor utama yang menyebabkan Indonesia tertinggal adalah lambatnya modernisasi pertanian. Sebagian besar petani masih menggunakan metode tradisional dengan alat-alat yang usianya sudah puluhan tahun. Sementara di negara lain, penggunaan drone untuk pemantauan lahan, sistem irigasi berbasis sensor, dan teknologi precision farming sudah mulai diterapkan secara luas.

Lebih jauh, keterbatasan akses terhadap pupuk dan benih unggul juga menjadi masalah. Banyak petani kesulitan mendapatkan pupuk subsidi karena distribusinya sering tidak tepat sasaran. Padahal, Thailand dan Vietnam telah sukses menciptakan sistem distribusi pertanian yang lebih transparan dan efisien.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline