Lihat ke Halaman Asli

Frans Leonardi

TERVERIFIKASI

Freelace Writer

Kenapa Kita Selalu Khawatir Tentang Apapun?

Diperbarui: 11 Februari 2025   16:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Khawatir.Pixabay.com/PDPics 

Pernahkah kamu merasa cemas tanpa alasan yang jelas? Terkadang, bahkan ketika segala sesuatu berjalan dengan baik, pikiran tetap dipenuhi dengan berbagai kemungkinan buruk yang belum tentu terjadi. Kamu mungkin bertanya-tanya, mengapa kita selalu khawatir tentang segala hal? Apakah ini bagian alami dari diri manusia, atau justru sesuatu yang bisa dikendalikan?

Kekhawatiran adalah bagian dari kehidupan, tetapi dalam banyak kasus, rasa cemas yang berlebihan justru dapat menjadi penghambat kebahagiaan dan produktivitas. Banyak orang menghabiskan waktu mereka memikirkan kemungkinan terburuk, membayangkan kegagalan yang belum tentu terjadi, atau bahkan khawatir tentang hal-hal kecil yang sebenarnya tidak berpengaruh besar terhadap kehidupan mereka.

Fenomena ini bukan hanya sekadar kebiasaan berpikir, tetapi juga berkaitan erat dengan cara kerja otak manusia. Ilmu psikologi dan neurosains menunjukkan bahwa manusia memang lebih cenderung untuk fokus pada ancaman daripada peluang. Namun, apakah kekhawatiran ini selalu berdampak buruk? Atau, justru ada manfaat tersembunyi yang bisa kita ambil darinya?

Mari kita telusuri lebih dalam tentang alasan mengapa kita selalu merasa khawatir, bagaimana ini terbentuk dalam diri kita, serta bagaimana cara mengelola kecemasan agar tidak merusak kualitas hidup.

Ketika Kekhawatiran Berakar dari Evolusi

Untuk memahami mengapa manusia sering merasa cemas, kita perlu melihat ke belakang, jauh ke masa ketika nenek moyang kita masih hidup di lingkungan yang penuh bahaya. Di zaman purba, manusia hidup dalam kondisi yang menuntut kewaspadaan tinggi. Alam liar penuh dengan ancaman, seperti hewan buas, bencana alam, atau kelompok musuh yang bisa menyerang kapan saja.

Dalam situasi seperti itu, otak manusia berkembang dengan cara yang memungkinkan kita untuk mendeteksi dan mengantisipasi bahaya sebelum terjadi. Bagian otak yang disebut amigdala berperan besar dalam memproses rasa takut dan kekhawatiran. Amigdala membantu manusia mengenali ancaman dan mengambil keputusan cepat untuk melarikan diri atau melawan.

Namun, meskipun zaman telah berubah dan kita tidak lagi hidup dalam ancaman konstan dari alam liar, mekanisme otak kita tetap bekerja dengan cara yang sama. Otak masih mencari-cari ancaman, meskipun bentuk ancamannya kini berubah. Jika dulu manusia khawatir tentang keberadaan predator, sekarang kita lebih sering khawatir tentang pekerjaan, keuangan, hubungan sosial, atau masa depan yang tidak pasti.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Joseph LeDoux, seorang ahli neurosains dari New York University, yang menemukan bahwa amigdala memproses rasa takut lebih cepat daripada bagian otak lainnya. Artinya, sebelum kita berpikir secara rasional, tubuh kita sudah lebih dulu bereaksi terhadap potensi ancaman, meskipun ancaman itu hanya bersifat psikologis dan bukan ancaman nyata.

Ketakutan Akan Ketidakpastian dan Kontrol yang Terbatas

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline