Dalam era globalisasi, ekonomi dunia semakin terintegrasi,tetapi ketidakseimbangan struktural sering kali merugikan negara berkembang. Menurut klasifikasi Bank Dunia, negara berkembang mencakup lebih dari 150 negara dengan pendapatan per kapita rendah hingga mencapai sekitar 6 miliar jiwa. Tantangan ekonomi global seperti resesi, perang dagang, dan pandemi COVID-19 telah memburuk posisi mereka, menghambat pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)PBB hingga 2030. Misalnya, pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan hanya 3% pada 2023 oleh IMF,sementara negara berkembang hanya mencapai 4,1% yang masih rentan terhadap guncangan eksternal.
Tantangan utama meliputi ketergantungan pada ekspor komoditas, beban utang yang membengkak, dampak perubahan iklim, hambatan perdagangan, dan krisis kesehatan. Masalah ini saling terkait, menciptakan lingkaran setan yang menghambat diversifikasi ekonomi global dan pengurangan kemiskinan. Negara berkembang umumnya berada dalam fase transisi dari sistem ekonomi tradisional menuju sistem ekonomi modern dan terbuka. Meskipun globalisasi membuka peluang untuk pertumbuhan ekonomi, investasi, dan tranfer teknologi, tantangan-tantangan besar pun muncul. Krisis keuangan global, fluktuasi harga komoditas, ketergantungan pada negara maju, serta ketimpangan sosial menjadi hambatan yang harus dihadapi oleh negara berkembang dalam menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonominya.
1. Ketergantungan terhadap Negara Maju
Banyak negara berkembang masih sangat bergantung pada negara maju, baik hal ekspor,impor,teknologi, maupun pendanaan. ketika negara maju mengalami perlambatan ekonomi, permintaan terhadap barang ekspor dari negara berkembang kita menurun drastis. Hal ini menyebabkan defisit neraca perdagangan,menurunnya devisa negara, dan perlambatan pertumbuhan ekonomi.
2. Fluktuasi Harga Komoditas
Sebagian besar negara berkembang menggantungkan pendapatan negaranya pada ekspor komoditas seperti minyak, gas, batu bara, kopi, kelapa sawit. Ketika harga komoditas ini jatuh di pasar global, negara-negara penghasil mengalami tekanan fisikal. Pendapatan negara menurun, yang berdampak pada pemotongan anggaran pembangunan dan program sosial.
3. Volatilitas Nilai Tukar Ketidakstabilan Finansial
Pergerakan nilai tukar yang tidak stabil dan tingginya arus modal jangka pendek (hot money) dapat menyebabkan gejolak ekonomi. Investor asing bisa saja menarik dananya secara tiba-tiba ketika ada ketidakpastian global, menyebabkan depresiasi mata uang, inflasi,dan tekanan terhadap cadangan devisa.
4. Dampak Krisis Global
Krisis keuangan global seperti yang terjadi pada tahun 2008 atau pandemi COVID-19 membuktikan betapa rentannya negara berkembangan terhadap guncangan eksternal. Minimnya perlindungan sosial, keterbatasan sistem kesehatan,dan lemahnya infrastuktur membuat negara berkembang sulit pulih dalam waktu cepat dan dampak krisis global.
5. Tantangan Perdagangan Internasional