Lihat ke Halaman Asli

Fayya Zunna

Mahasiswi Universitas Syiah Kuala Fakultas Kedokteran Prodi Psikologi

Oversharing: Antara Ekspresi Diri dan Risiko Privasi

Diperbarui: 7 Maret 2025   01:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao


Di era digital ini, terutama di kalangan generasi Z, membagikan aktivitas harian, pencapaian, bahkan curhatan pribadi ke media sosial merupakan hal yang lumrah. Namun, tidak semua hal dapat dibagikan secara bebas, terutama informasi yang bersifat pribadi, seperti data diri, alamat, hingga masalah dengan keluarga atau teman. Kita harus memilah informasi apa saja yang aman untuk dibagikan, karena jika dilakukan secara berlebihan, hal ini dapat menimbulkan berbagai risiko berbahaya. Fenomena ini dikenal sebagai oversharing.

Apa itu Oversharing?
Oversharing merupakan kebiasaan seseorang yang cenderung membagikan informasi pribadi secara berlebihan di media sosial (Plis et al., 2023). Tindakan ini tidak hanya sekadar berbagi pengalaman, tetapi juga melibatkan informasi yang sensitif dan berpotensi menimbulkan konsekuensi negatif bagi individu yang melakukannya.

Mengapa Orang Melakukan Oversharing?
Ada beberapa faktor psikologis dan sosial yang mendorong seseorang melakukan oversharing di media sosial (Langi et al., 2022). Salah satu alasan utama adalah keinginan untuk mendapatkan pengakuan. Banyak orang membagikan kehidupan pribadinya di media sosial agar mendapatkan perhatian dan validasi dari orang lain. Selain itu, kebutuhan untuk merasa diterima juga menjadi faktor yang mendorong perilaku ini. Seseorang yang merasa kesepian cenderung membagikan banyak informasi pribadi dengan harapan dapat membangun interaksi sosial dan memperoleh dukungan dari orang lain. Faktor lainnya adalah kurangnya tempat untuk bercerita. Beberapa orang tidak memiliki teman atau keluarga yang bisa diajak berbagi cerita, sehingga mereka lebih memilih menjadikan media sosial sebagai ruang curhat tanpa mempertimbangkan dampaknya.

Dampak Oversharing
Oversharing memiliki dampak positif maupun negatif. Dari segi positif, berbagi pengalaman di media sosial dapat mempererat hubungan sosial dan mengurangi rasa kesepian (Bunga et al., 2022). Dibandingkan dengan dampak positif, dampak negatif lebih banyak dan memilik risiko yang besar. Salah satunya adalah kebocoran data pribadi. Informasi yang dibagikan secara berlebihan dapat disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, misalnya untuk mengakses akun pribadi, mengirim spam email, atau melakukan panggilan telepon yang tidak diinginkan (Okditazeini, 2018). Bahkan, dalam beberapa kasus, oversharing dapat menyebabkan pencurian akun bank atau dokumen penting lainnya (Akhtar, 2020).

Selain itu, oversharing juga dapat mengancam privasi seseorang. Informasi pribadi yang diunggah tanpa batasan dapat digunakan oleh orang lain untuk tujuan yang merugikan, seperti pembuatan akun palsu (faker), pencurian identitas, hingga tindakan penipuan. Tidak hanya itu, kebiasaan ini juga berpotensi meningkatkan stres dan kecemasan. Studi menunjukkan bahwa membagikan informasi pribadi secara berlebihan dapat menimbulkan dampak psikologis, termasuk perasaan cemas akibat ekspektasi sosial atau ketakutan terhadap penilaian negatif dari orang lain (Arsini et al., 2023).

Cara Menghindari Oversharing
Agar tetap aman dalam menggunakan media sosial, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghindari oversharing. Salah satunya adalah memanfaatkan fitur privasi, seperti mengatur akun menjadi privat atau menggunakan fitur close friend agar hanya orang-orang tertentu yang dapat melihat unggahan. Selain itu, penting untuk berpikir sebelum memposting sesuatu di media sosial. Sebelum mengunggah informasi pribadi, ada baiknya mempertimbangkan dampaknya di masa depan dan apakah informasi tersebut dapat berisiko jika disalahgunakan. Jika tetap ingin berbagi hal-hal bersifat pribadi, solusi lainnya adalah membuat akun kedua (second account) yang hanya diikuti oleh orang-orang terpercaya. Dengan cara ini, kita dapat tetap mengekspresikan diri tanpa mengorbankan privasi dan keamanan.

Referensi
Akhtar, H. (2020). Perilaku Oversharing di Media Sosial: Ancaman atau Peluang? Psikologika :
Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Psikologi, 25(2), 257–270.
https://doi.org/10.20885/psikologika.vol25.iss2.art7

Arsini, Y., Harahap, D. T., & Hasibuan, J.K. (2023). Hubungan Psikologi dengan Ilmu Sosiologi. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 4(1).

Bunga, D., Dewi, C. I. D. L., & Dewi, K. A. P. (2022). Literasi Digital Untuk Menanggulangi Perilaku Oversharing di Media Sosial. Sevanam: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(1), 1–12. https://doi.org/10.25078/sevanam.v1i1.9

Langi, A. S., Natsir, M., & Anam, S. (2022). Analisis Pemanfaatan Platform Media Sosial dalam Perdagangan Pakaian Jadi di Pertigaan Kampus Universitas. Majalah Ekonomi dan Bisnis, 18(1).

Okditazeini, V. (2018). ANCAMAN PRIVASI DAN DATA MINING DI ERA DIGITAL :
ANALISIS META-SINTESIS PADA SOCIAL NETWORKING SITES ( SNS ) THREAT ON
PRIVACY AND DATA MINING IN DIGITAL ERA : 109–122.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline