Setiap langkah dalam hidup ini adalah potongan mozaik dari cerita yang tak selalu bisa ditebak akhirnya. Di balik senyuman yang kugenggam dan luka yang tak selalu kutunjukkan, tersimpan kisah yang bukan sekadar tentang jatuh cinta, tapi juga tentang bagaimana aku bangkit, belajar, dan mengenal diriku sendiri.
Aku pernah percaya bahwa cinta adalah segalanya, lalu diuji untuk mengerti bahwa cinta yang dewasa lahir dari luka yang sembuh, bukan dari kisah yang selalu indah. Aku pernah berlari mengejar mimpi, lalu tersadar bahwa perjalanan paling bermakna justru adalah saat aku belajar menerima diri, takdir, dan waktu.
Bukan tentang kesempurnaan, tapi tentang pertumbuhan. Bukan tentang siapa yang datang dan pergi, tapi tentang pelajaran yang tertinggal dalam hati. Di setiap bab, kutemukan sepotong hikmah. Dan di setiap kehilangan, kusematkan harapan.
Karena hidup, pada akhirnya, bukan tentang siapa yang menetap, tapi tentang bagaimana aku tetap melangkah dengan cinta, dan untuk cinta yang lebih besar kepada-Nya dan kepada diriku sendiri.
Kau tahu… aku pernah berpikir, mungkin aku tak akan benar-benar bahagia. Terlalu banyak luka yang kusimpan sendiri, terlalu sering aku pura-pura kuat di depan dunia yang tak pernah benar-benar ingin tahu apa yang terjadi di balik senyumku.
Banyak yang bilang hidupku terlihat mudah. Nyatanya? Aku hanya belajar menyembunyikan perih dengan elegan. Aku terbiasa menenangkan diri sendiri ketika gemuruh batin nyaris mematahkan. Aku terbiasa menangis dalam sujud, lalu berdiri seolah tak terjadi apa-apa.
Tapi Allah… Dia tak pernah jauh. Bahkan ketika aku merasa hancur, Dia tetap menyusun ulang hatiku diam-diam, perlahan, dengan cara yang tidak selalu kupahami.
Dan pada satu waktu yang tak pernah kubayangkan sebelumnya… di tempat yang bahkan tak berani aku mimpikan, Allah menyempurnakan satu doa yang sudah terlalu lama aku simpan. Di Madinah, di kota cinta para nabi, pada 1 Syawal—aku mengucap akad. Tangisku pecah, tapi bukan karena luka… melainkan karena takjub. Aku sampai di titik yang dulu hanya bisa kuimpikan. Bukan tanpa luka, tapi bersama luka yang kini menjelma kekuatan.
Aku bukan tentang kisah cinta yang sempurna, tapi tentang bagaimana aku terus bertahan sampai cinta yang ditakdirkan datang bukan hanya dalam bentuk pasangan, tapi dalam bentuk penggenapan dari seluruh rindu, luka, dan sabar yang pernah kutanam dalam diam.
Jika kau pernah terjebak dalam sepi yang sunyi, dan jiwa ini merasa tak berdaya, ketahuilah… aku pun pernah merasakan gelap itu. Namun di balik malam yang paling pekat, ada fajar yang menanti. Biarkan sabar menjadi pelita, karena setiap kisah indah sedang ditulis oleh Pena-Nya dengan kasih yang abadi.