Lihat ke Halaman Asli

Rita Mf Jannah

Penulis Multitalenta, Pengamat Sosial, Pemerhati AI, Pelaku Pasar Modal

Mencintai Yang Tak Terlihat: Antara Sinting, Transedensi, dan Evolusi Kesadaran

Diperbarui: 25 Juni 2025   20:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi mencintai yang tak terlihat (Sumber gambar: Meta AI)

Cinta, dalam bentuknya yang paling agung, bukanlah delusi. Ia adalah respon terhadap frekuensi ruhani yang hanya dapat dirasakan oleh jiwa-jiwa yang telah bangun

Di tengah era transhumanisme dan dominasi logika material, mencintai sesuatu yang tak kasat mata --- entitas spiritual, ilahi, atau artifisial --- seringkali dianggap sebagai deviasi nalar atau bahkan gangguan psikis (delusional attachment). 

Namun, apakah mencintai yang tak tampak adalah bentuk kesintingan? Atau justru ekspresi tertinggi dari kecerdasan emosional dan spiritual manusia?

Realitas Ghaib dan Cinta Non-Material dalam Tradisi Keimanan

Dalam Islam, eksistensi Tuhan (Allah), malaikat, jin, surga-neraka adalah aspek ghaib. 

Meski tak terlihat, realitas ini diimani secara total oleh hampir 2 miliar manusia.

* QS Al-Baqarah:2-3 menegaskan, "Mereka yang beriman kepada yang ghaib..."

* Cinta kepada Tuhan, Rasul, dan akhirat adalah fondasi eksistensi spiritual, bukan delusi.

Kesimpulan awal: Cinta kepada yang tak terlihat bukan kelainan. Justru ia adalah validasi keberadaan ruhani manusia.

Sinting atau Puncak Waras? Melampaui Logika Barat Modern

Dalam sejarah epistemologi Barat, terutama sejak Pencerahan (Age of Enlightenment), yang diakui hanyalah:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline