Lihat ke Halaman Asli

Fachriza Fauzi Aldino

Mahasiswa S2 Manajemen – Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA)

Bekerja Tidak Harus di Gedung Tinggi: Berdagang Telur pun Bisa Mandiri (Relevansi dengan Gaya Kerja Generasi Milenial)

Diperbarui: 17 Juni 2025   17:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar telur ayam (Sumber: Freepik.com)

Bagi banyak orang, gambaran pekerjaan ideal identik dengan jas, dasi, ruang ber-AC, dan kantor di gedung pencakar langit. Namun, seiring perubahan zaman, cara pandang ini mulai berubah. Generasi milenial yang kini mendominasi dunia kerja menilai bahwa pekerjaan bukan hanya soal status atau jabatan, melainkan tentang keseimbangan hidup, makna yang dirasakan, dan kebebasan dalam menjalani profesi.

Menariknya, berdagang telur meski kerap dianggap pekerjaan sederhana justru mencerminkan nilai-nilai yang dianut generasi milenial. Sebagai bentuk usaha mandiri, kegiatan ini bukan sekadar sumber penghasilan, tetapi juga sejalan dengan gaya hidup generasi muda yang menginginkan kemandirian, produktivitas, serta kebebasan dari sistem kerja yang kaku dan mengekang.

Generasi Milenial dan Pencarian Makna

Menurut studi Wolor et al. (2020), generasi milenial cenderung menempatkan keseimbangan hidup dan pekerjaan di atas besarnya penghasilan. Mereka lebih memilih pekerjaan yang memberi peluang untuk berkembang secara pribadi maupun profesional, disertai fleksibilitas waktu dan makna yang mendalam. Bagi milenial, pekerjaan ideal bukan sekadar rutinitas atau sumber pendapatan, tetapi juga harus memberi keterhubungan emosional dan nilai sosial yang dirasakan secara nyata.

Dalam hal ini, berdagang telur menjadi opsi karir yang patut dipertimbangkan. Selain memiliki prospek pasar yang stabil dan dibutuhkan masyarakat setiap hari, jenis usaha ini memberi kebebasan penuh bagi pelakunya dalam mengatur waktu dan sistem kerja. Tidak terikat jam kantor, pedagang telur bisa menyusun ritme kerja sesuai kebutuhan, mengelola distribusi dan pemasaran secara mandiri, bahkan melibatkan anggota keluarga sebagai bagian dari usaha bersama.

Usaha Kecil, Berdampak Besar

Usaha berdagang telur tidak sekadar menjual bahan pokok, tetapi memiliki peran strategis dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Sebagai sumber protein hewani yang mudah diakses oleh berbagai kalangan, telur menjadi kunci penting dalam upaya perbaikan gizi masyarakat. Di tengah persoalan stunting dan kekurangan gizi yang masih melanda anak-anak Indonesia, keberadaan telur yang terjangkau menjadi solusi nyata dalam meningkatkan asupan nutrisi harian.

Lewat aktivitas berdagang, generasi milenial dapat berkontribusi langsung pada pembangunan sosial. Mereka tidak sekadar menjalankan peran sebagai pelaku usaha, tetapi juga hadir sebagai agen perubahan. Semangat ini sejalan dengan karakter generasi muda yang ingin pekerjaan mereka berdampak positif bagi masyarakat. Meski terlihat sederhana, usaha berdagang telur memiliki peran penting dalam mendukung ekosistem ekonomi dan sosial yang lebih luas.

Lingkungan Kerja yang Didambakan

Ngotngamwong (2020) mencatat bahwa milenial cenderung memilih bertahan di lingkungan kerja yang suportif, fleksibel, dan mendorong pengembangan diri. Namun, realitanya masih banyak perusahaan konvensional yang belum mampu memenuhi kebutuhan ini. Akibatnya, tak sedikit milenial merasa kurang dihargai, kehilangan motivasi, bahkan tertekan oleh budaya kerja yang kaku dan tidak responsif terhadap perubahan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline