Lihat ke Halaman Asli

Muthiah Alhasany

TERVERIFIKASI

Pengamat politik Turki dan Timur Tengah

Ini Penyebab Perpecahan di Tubuh Partai

Diperbarui: 6 Maret 2021   08:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi partai Demokrat (dok.okezone.com)

Pecahnya sebuah partai bukan hal yang baru. Pada masa gonjang-ganjing Orde Baru, PDI terbelah dua menjadi PDI yang dipimpin Suryadi dan PDI Perjuangan yang dipimpin Megawati Soekarnoputri. Setelah reformasi, runtuhnya kekuasaan Soeharto menyebabkan tiga partai besar terpecah-pecah.

Setelah itu pecahan-pecahan partai membentuk diri menjadi partai baru. Mereka kemudian bertarung di Pemilu 1999. Sebagian berhasil berkembang menjadi partai besar, sebagian lagi tetap gurem sampai sekarang.

Namun dalam perjalanan politik lebih dari 20 tahun setelah reformasi, beberapa partai pecah lagi. Sehingga peserta pemilu terakhir 2019, ada 14 partai. Sekarang kita dengar, salah satu partai besar, yaitu Demokrat juga terbelah.

Berikut ini lima penyebab utama pecahnya sebuah partai:

1. Pemimpin yang tidak kompeten. Pemimpin partai, dalam hal ini ketua umum, idealnya memiliki sejumlah kelebihan dibandingkan kader lainnya. Hal yang utama adalah wibawa. Jika pemimpin tidak memiliki wibawa besar, kata-katanya, perintahnya, hanya akan diabaikan anak buahnya. Mereka enggan untuk patuh.

Kalau ada pemimpin yang tidak berwibawa, Bagaimana dia bisa terpilih? Ada beberapa kemungkinan. Misalnya dia terpilih karena kekayaannya, karena jabatan di pemerintahan atau lembaga negara, dan mungkin juga karena nepotisme, kerabat dari seorang pembesar.

Selain wibawa, faktor penunjang lainnya adalah cerdas, cekatan, bijaksana, mengayomi, dsb. Tanpa kelebihan-kelebihan khusus, ibarat macan ompong. Dia tidak akan bisa membawa partai yang dipimpinnya berkembang lebih baik.

2. Ada ketidakadilan. Soal ketidakadilan, bisa saja dilakukan oleh orang lain, bukan hanya ketua umum. Jajaran pimpinan partai ada kesekjenan, ketua bidang, dan ketua departemen. Jika ada yang menzalimi bawahan, ini seperti api dalam sekam.

Suatu saat api itu akan meledak. Keseimbangan partai akan terganggu. Apalagi kalau yang melakukan ketidakadilan adalah pimpinan pusat, maka pengurus-pengurus daerah/provinsi bisa bersatu untuk mendesak bubarnya pengurus pusat.

3. Ada kader yang ambisius. Nah, di antara sekian banyak kader, belum tentu semua menyukai pimpinannya. Ada saja kader yang diam-diam punya ambisi menggantikan pimpinan yang sedang berjalan 

Dia akan kasak kusuk mencari dukungan. Akan lebih hebat kalau dia punya modal, baik itu jaringan, keuangan yang kuat dan jabatan tinggi di lembaga tertentu. Dia bisa memengaruhi kader lain untuk melakukan pemberontakan agar bisa menggulingkan ketua umum.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline