Lihat ke Halaman Asli

Lilik Fatimah Azzahra

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Cerpen | Takjil untuk Bapak

Diperbarui: 8 Juni 2018   08:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: www.shutterstock.com

Ramadan hari ke-17

Aku memasak sup ayam kesukaan Bapak. Lalu mengemasnya ke dalam rantang plastik berwarna hijau yang bersusun dua. Sedikit nasi aku tambahkan di dalam rantang paling atas.

Sudah, itu saja.

Kemudian dengan langkah terburu aku mengantar makanan itu menuju tempat tinggal Bapak yang sekarang.

Seperti biasa, yang menerima kiriman makanan bukan Bapak sendiri. Aku harus menitipkannya kepada petugas yang berjaga sore itu.

"Untuk Pak Rusdi," aku berkata singkat. Petugas berseragam itu mengangguk. Lalu tanpa bertanya-tanya ia segera menuju meja kecil di sudut ruangan. Diletakkannya rantang plastik dariku di sana. Lalu dengan hati-hati memeriksa isinya untuk memastikan bahwa makanan yang kukirim untuk Bapak sore itu aman.

"Terima kasih, boleh saya pergi?" aku mengangguk hormat ke arah petugas berseragam itu.

Petugas itu tidak menyahut. Hanya memberi tanda dengan mengangkat satu tangannya. Yang artinya aku diizinkan pergi.

Ramadan hari ke-18

Hari ini aku memasak sayur bayam kesukaan Bapak. Dua buah iris tempe kuletakkan di atas nasi yang hanya sejumput. Ya, hanya sejumput. Bapak memang tidak mengonsumsi nasi terlalu banyak. Aku tahu itu.

Kembali petugas berseragam yang menerimaku. Masih orang yang sama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline