Lihat ke Halaman Asli

Ekasakti Octohariyanto

Profesional Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Kebijakan Kesehatan

Perbedaan Pilihan adalah Wajar, Pengkhianatan Punya Konsekuensi

Diperbarui: 10 Agustus 2025   13:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak cerita dalam Wayang Kulit yang menarik tentang Drama Perbedaan dan Pengkhiataan

Pernahkah kita duduk bersama, saling tersenyum, berbagi mimpi, lalu suatu hari menyadari bahwa kita berdiri di pilihan yang berbeda? Itu wajar. Begitulah hidup---tidak semua orang melihat dunia dari jendela yang sama. Perbedaan bukan musuh; ia adalah warna yang membuat hidup tidak monoton. Dari sanalah lahir percakapan, kompromi, dan ruang untuk saling belajar.

Namun, ada satu batas tipis yang bila dilanggar akan mengubah perbedaan menjadi luka---batas itu bernama pengkhianatan. Ketika perbedaan disertai niat menjatuhkan, merusak nama baik, atau meruntuhkan kepercayaan, kita tidak lagi sekadar berbeda pendapat. Kita telah menanam benih yang kelak akan memanen konsekuensi.

Kita sering melihatnya dalam kehidupan berorganisasi. Ada sebuah organisasi yang dulu dibangun dengan semangat persaudaraan. Anggotanya bahu-membahu, mengorbankan waktu, tenaga, bahkan biaya pribadi demi mencapai visi bersama. Namun, di tengah perjalanan, sebagian anggota memilih keluar dan mendirikan organisasi baru. Keputusan itu mungkin saja sah secara formal. Tetapi yang membuatnya meninggalkan luka adalah cara yang ditempuh: menyerang kredibilitas pengurus lama, menyebarkan fitnah, bahkan merendahkan capaian yang dulu mereka raih bersama. Tidak hanya meninggalkan, tapi juga berusaha meruntuhkan pondasi yang pernah mereka bangun sendiri.

Pengkhianatan seperti ini meninggalkan jejak yang lebih dalam dari sekadar konflik. Ia mencabut akar kepercayaan yang telah lama tumbuh. Dan ketika akar itu tercabut, sulit sekali menumbuhkannya kembali. Harga diri, integritas, dan nama baik yang runtuh bukan akibat orang lain, tapi karena pilihan kita sendiri.

Dalam perjalanan organisasi, persahabatan, atau kehidupan bersama, menjaga kehormatan diri adalah kemenangan yang sejati. Kita boleh tidak sepakat, kita boleh berbeda arah, tetapi jangan sampai perbedaan itu membuat kita membakar jembatan yang menghubungkan hati.

Karena pada akhirnya, waktu akan berjalan dan segala pertarungan akan usai. Orang akan lupa detail perdebatan, tapi mereka tidak akan lupa siapa yang setia menjaga, dan siapa yang memilih mengkhianati. Dan ketika kita menatap cermin di akhir perjalanan, kita hanya akan benar-benar damai jika yang kita lihat adalah diri yang tetap memegang teguh martabat---bukan kemenangan sesaat yang dibeli dengan harga kepercayaan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline