Lihat ke Halaman Asli

Farizky Aryapradana

D.Y.N.A.M.I.N.D

Malaysia di Ambang Resesi dan Pemilu

Diperbarui: 16 Agustus 2020   13:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ILUSTRASI. Warga Malaysia memberikan suaranya dalam pemilu sela di Port Dickson, pada 31 Oktober 2018.(AFP / MOHD RASFAN via kompas.com)

Pandemi COVID-19 memang menimbulkan rentetan masalah yang begitu banyak. Meskipun pandemi ini disebabkan oleh virus.

Namun efek dominonya melebar ke mana-mana terutama terhadap bidang ekonomi. Beberapa negara di belahan dunia telah mengumumkan bahwa masuk ke jurang resesi. Hal tersebut juga ternyata berlaku bagi jiran kita yaitu Malaysia.

Bank Negara Malaysia (BNM), telah merilis data Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal kedua tahun ini. Hasilnya, sungguh sangat menakutkan. Kinerja ekonomi negeri "Harimau Malaya" tersebut terkontraksi sebanyak minus 17.07%, jika dibandingkan dengan kuartal yang sama di tahun sebelumnya! 

Kontraksi pertumbuhan ekonomi ini merupakan yang terparah sejak krisis ekonomi Asia pada tahun 1998. Kemudian, ini merupakan pencapaian negatif ekonomi Malaysia untuk pertama kalinya setelah 11 tahun. Keadaan ini kemudian menjelaskan bahwa, Malaysia juga menjadi salah satu negara yang terpukul sangat keras akibat dari pandemi ini.

Kinerja negatif tersebut, merupakan dampak dari kebijakan Movement Control Order (MCO) yang diterapkan oleh pemerintah Malaysia.

Kebijakan tersebut berisi perintah untuk mengetatkan mobilitas manusia yang berada di negara tersebut. Situasi tersebut akhirnya, berakibat pada anjloknya aktivitas konsumsi dan produksi di seluruh sektor industri di Malaysia. 

Kemudian, MCO juga membuat Malaysia menutup sementara semua gerbang internasionalnya. Hal tersebut tentunya telah membuat sektor pariwisata mereka anjlok cukup parah. 

Sumber gambar: Bernama.com

BNM sendiri belum mengumumkan secara resmi bahwa Malaysia masuk ke dalam resesi ekonomi. Hal ini dikarenakan PDB Malaysia pada kuartal I-2020, masih menunjukan kinerja yang positif. 

Tetapi nampaknya, hal itu masih bersifat sementara. BNM telah memproyeksikan bahwa Malaysia masih akan mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif pada kuartal - kuartal selanjutnya. Mengacu kepada ramalan tersebut, nampaknya sulit menolong Malaysia untuk keluar dari jurang resesi ekonomi. 

Beriringan dengan itu, tiba - tiba saja Perdana Menteri (PM) Malaysia Muhyddin Yassin mengeluarkan sebuah maklumat. Muhyiddin mengumumkan secara terbuka bahwa partainya, Partai Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu) akan menyertai gabungan koalisi sayap kanan Muafakat Nasional (MN). 

MN sendiri merupakan satu koalisi politik antara Partai Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) dan Partai Islam Se-Malaysia (PAS). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline