Lihat ke Halaman Asli

Dyah Ayu Anggara Shavitri

An author and a long life learner

Danau Gayatri

Diperbarui: 25 Maret 2025   16:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Potret dua wanita Asia/ Sumber: www.istockphoto.com

Udara dingin di tengah malam berbisik lirih di antara tirai kamar seorang gigolo, menerbangkan aroma serbuk bunga-bunga melati yang lembab---setelah hujan tadi sore. Peraturan dalam rumah bordil, semua pekerja harus saling berbagi kamar. Namun, jika mereka sudah ditandai oleh seseorang agar selalu melayani mereka saja, maka pekerja itu berhak memiliki kamar sendiri. Ruang pribadi yang berada satu lantai dengan sang Madam. 

Di kamar bernuansa merah remang, Dirga tak berhenti mengecupi bahu Shavitri yang tengah menggenggam tangan kirinya, di atas dada perempuan itu. Aroma dupa murahan bercampur dengan wangi parfum Shavitri. Wangi kayu cendana, melekat di sprei dan di kulit Dirga. Melayangkan pikiran pria itu ke pelosok hutan. Sebuah rumah yang bentuknya seperti pondok kurcaci dongeng Putri Salju, dikelilingi pohon pinus ... hanya dirinya dan Shavitri, tinggal bersama selamanya....

"Jangan kembali ke rumah itu," bisik Dirga, jarinya menyusuri lembut lekuk pipi Shavitri lembut.

"Ibu akan sedih, Mbak Stuti ... juga akan kecewa," jawab Shavitri tanpa menolehkan wajahnya pada sang kekasih. Jemari kanan perempuan itu yang melingkari punggung tangan Dirga mulai gemetar dengan sendirinya. "Andai aku bisa lebih berani..., seperti Gaya...."

Dirga tersenyum samar, tapi ada sebesit bayangan gelap di matanya. Lantaran sosok Gayatri---yang sering bermalam di kamar teman perempuannya berhari-hari, melintas di otak pria itu tanpa bisa ia cegah. "Aku lebih suka perempuan berwajah hangat."

Gadis itu menegakkan tubuhnya, membiarkan selimut jatuh, memperlihatkan kedua pundak sempitnya yang berkilau di bawah remang-remang lampu kamar Dirga. "Kamu pernah bertemu Gaya?!"

Kekehan Dirga semakin menguatkan rasa penasaran Shavitri. "Hanya sekali. Meski wajah kalian sama, tetapi aura dia lebih mirip ayah kalian. Garang!" 

Gantian Shavitri yang terkikik geli melihat kekasih prianya mengerucutkan bibir, dengan batang hidung sedikit mengerut sebal. Detik berikutnya Shavitri tenggelam pada kata-kata sindiran Dirga pada Gayatri, saudari kembarnya, yang sekali-kalinya bertemu---malah menatap pria itu penuh ejek. "Gerak mata Gaya meremehkan pakaianku, padahal kalau bukan karena suruhan Madam, aku juga tidak sudi mengenakan kain setipis itu!"

"Mungkin dia hanya merasa lucu, karena baru pertama kali melihat pria dalam balutan busana perempuan," hibur Shavitri. Ditambah fakta, Dirga hanya merupakan salah satu dari tiga gigolo di rumah bordil. Dirga berdecak, lalu menyusup ke dalam selimut, kembali membawa tubuh Shavitri berbaring---menyamping, menghadap wajahnya. Dirga mengusap pucuk hidung kekasihnya gemas dengan hidungnya sendiri, sebelum Shavitri memajukan wajah dan memagut manis bibir numpiknya yang tipis terasa meleleh di antara kedua belah birai montok gadis miliknya.      

Di luar, suara gelak tawa para pembeli bersahut-sahutan dengan musik mendayu yang menggema. Malam itu terasa sangat syahdu. Sementara itu, di dalam ruang yang Dirga sebut 'kamarku', dunia hanya miliknya dan Shavitri---untuk malam ini, setidaknya.

***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline