Budaya Jawa bukan Kuno
Di tengah arus digitalisasi yang serba cepat, upaya pelestarian budaya lokal menjadi semakin penting. Salah satu bentuk kreatif yang menggabungkan nilai seni, edukasi, dan kearifan lokal hadir melalui karya kerajinan tangan KalAksara Board oleh Mahasiswa S1 PGSD FIPP UNNES [Gana-21] di SDN Mangkang Wetan 03---Â
Ide ini berawal dari pemikiran panjang tentang sebuah seni rupa terapan dua sisi yang bukan hanya indah dipandang, tetapi juga sarat fungsi edukatif. KalAksara memiliki dua sisi yang dirancang fungsional. Sisi pertama berfungsi sebagai kalender meja yang dapat digunakan dalam kegiatan sehari-hari, sementara sisi lainnya menjadi media interaktif untuk mengenalkan Aksara Jawa kepada anak-anak. Huruf-hurufnya dibuat lepas-pasang menggunakan velcro, sehingga murid dapat belajar sambil bermain dengan cara yang menyenangkan. Berdasarkan Literature Jurnal yang tak henti kerap kali kekhawatiran akan Prinsip-Prinsip SDGs, hingga "Media ini dibuat dengan bahan dasar ramah lingkungan, yaitu pulp kertas dan lem kayu fox dengan perbandingan 2:1, menghasilkan tekstur kokoh namun tetap ringan."_ Teknik pengolahan pulp tidak hanya mengajarkan keterampilan tangan, tetapi juga menanamkan kesadaran akan pentingnya daur ulang limbah kertas menjadi produk bernilai seni dan edukasi tinggi.Tak hanya itu berdasarkan pendapat dan tanggapan Kepala Sekolah SDN Mangkang Wetan 03 "dalam seni rupa kelas 6 itu juga ada materi tentang teksture dan gelap-terang mbak, jadi inovasi ini bisa menjadi penugasan proyek yang memotivasi anak-anak juga untuk mengenal teksture dan gelap-terang ya dalam proses pembuatannya"_
Inovasi ini berawal dari keinginan Mahasiswa PGSD FIPP UNNES untuk menghadirkan cara baru dalam melestarikan Aksara Jawa di kalangan pelajar sekolah dasar dengan bantuan atau kolaborasi dengan seni rupa. Dengan tampilan warna-warna  dan desain yang menarik, KalAksara  membuat pembelajaran Aksara Jawa terasa lebih hidup dan tidak membosankan.Â
"Selama ini anak-anak sering merasa kesulitan mengenal dan menghafal bentuk aksara Jawa. Melalui KalAksara, mereka bisa memegang langsung, memasangkan huruf, dan sekaligus mengenali simbol-simbolnya dengan cara bermain. Ini sangat efektif,"_ ujar Ibu Siti Rahmawati, S.Pd, guru Bahasa Jawa di SDN Mangkang Wetan 03 Semarang.Â
Kepala sekolah, Ibu Novira Mayasari, S.Pd., M.Pd juga memberikan apresiasi terhadap karya inovatif ini. Menurutnya,  KalAksara  bukan hanya sebuah kerajinan tangan, tapi juga wujud nyata integrasi antara seni, teknologi sederhana, dan pembelajaran budaya lokal. "Anak-anak jadi antusias belajar Proyek Seni rupa, dan kami sebagai pendidik merasa terbantu dengan adanya media yang kreatif seperti ini," ujarnya.
Pembuatan KalAksara tidak hanya melatih keterampilan seni rupa terapan, tetapi juga menumbuhkan sikap kolaboratif, inovatif, dan peduli lingkungan. Karya ini menjadi bukti bahwa seni dapat menjadi jembatan antara pembelajaran, pelestarian budaya, dan kepedulian sosial. Melalui karya seperti KalAksara Board, nilai-nilai budaya Jawa dapat terus hidup di tengah generasi muda --- tidak hanya dikenang, tetapi juga dipraktikkan dan dirayakan melalui sentuhan kreatif anak bangsa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI