Lihat ke Halaman Asli

Djohan Suryana

TERVERIFIKASI

Pensiunan pegawai swasta

RM Sindang Heula, Soreang, Bandung

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Ketika dalam perjalanan menuju Ciwidey dan Pangalengan, kami sekeluarga sempat mampir di Rumah Makan (RM) Sindang Heula, yang terletak di Jalan Banjaran Ciluncat Soreang No. 217, Bandung. Restoran masakan Sunda ini sangat strategis lokasinga yaitu di antara segitiga jalan persimpangan ke arah Soreang, Banjaran dan ke Bandung (Pemda Kabupaten DT II). Kira-kira 15 km dari pintu tol Kopo.


Restoran ini dididrikan pada tahun 1990, ketika daerah sekitarnya masih sepi dengan latar belakang sawah yang menghijau pada waktu itu. Restoran ini pun pernah mengalami musibah, yaitu terbakar pada tahun 1992 akibat lampu teplok yang terjatuh karena pada waktu itu listrik belum masuk ke daerah sini. Tetapi dengan tekad kuat, Teteh Yayat dan suaminya, Sunaryo, membangun kembali restoran itu hingga sekarangi. Teteh adalah nama panggilan lain untuk kakak perempuan dalam bahasa Sunda.


Menurut Sunaryo, pensiunan Kanwil Departemen Perindustrian Bandung tahun 1995, di anatara 40 menu masakannya, ada dua menu andalan RM Sindang Heula yaitu Nasi Timbel Komplit dan Ayam Bakar. Hal ini diketahuinya berdasarkan masukan dari para pelanggannya. Harga Nasi Timbelnya pun sanagt ekonomis yaitu hanya Rp 17.500,-- saja per porsi, Sayangnya, karena bulan puasa mungkin, rasa sayur asemnya agak tawar. Kalau hari-hari biasa tentu akan lebih sedap rasanya.


Seperti laiknya restoran Sunda lainnya, RM Sindang Heula, yang secara harfiah dapat diterjemahkan sebagai mampir dahulu, dekorasinya menunjukkan identitasnya. Banyak payung kecil beraneka warna dan kerajinan lainnya menghiasi ruangan makannya. Ada kolam ikan di pinggir restoran, ada ruang makan lesehan dan tentu saja ada sambutan yang ramah dari pemiliknya, Teteh Yayat dan Sunaryo.


Menurut Sunaryo, yang asli kelahiran Bandung, kelak restoran ini akan dikelola oleh salah seorang dari tiga anak perempuannya, Sanny Fitriani, yang dianggap memiliki bakat serta kemampuan masak memasak. Jumlah karyawan yang menopang restoran ini selama bulan puasa adalah 8 orang, yang akan bertambah pada hari-hari biasa.


Saat ini kedua pasangan suami isteri tersebut telah mempunyai seorang cicit. Mereka juga mengungkapkan bahwa toleransi beragama dan ras pun berlaku dalam keluarga ini. Salah seorang anak perempuannya telah menikah dengan seorang wiraswasta keturunan Tionghoa yang non-Muslim. Mungkin hal ini merupakan salah satu alasan sehingga selama bulan puasa restoran ini tetap buka. Mungkin karena hal ini pula kami bisa mampir dahulu (sindang heula) disini dan menikmati nasi timbel komplitnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline