Lihat ke Halaman Asli

made didi kurniawan

Peneliti dan Penulis Lepas

Prinsip versus Peraturan

Diperbarui: 17 September 2025   16:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat peraturan bingung, biarkan kompas moralmu yang memandu jalan. (Sumber: Gemini AI)

Seorang individu yang bijak tidak menunggu pedoman tertulis untuk berbuat benar. Ia bertindak berdasarkan prinsip, bukan hanya peraturan. Sebuah refleksi mendalam tentang etika, moralitas, dan kepemimpinan. Ini menyoroti perbedaan fundamental antara bertindak sesuai dengan peraturan yang ditetapkan secara eksternal dan bertindak berdasarkan prinsip yang diinternalisasi.

Prinsip: Kompas Moral Internal

Prinsip adalah fondasi moral yang membentuk karakter dan keputusan seseorang. Mereka adalah nilai-nilai inti seperti integritas, keadilan, empati, dan tanggung jawab. Prinsip-prinsip ini tidak terbatas pada situasi atau pedoman tertentu; mereka adalah kompas internal yang memandu tindakan kita di setiap kondisi, bahkan saat tidak ada peraturan yang mengaturnya. Individu yang berpegang pada prinsip akan selalu bertanya: "Apa yang benar, adil, dan etis untuk dilakukan?" bukan hanya "Apa yang diizinkan oleh peraturan?"

Sebagai contoh, bayangkan seorang karyawan yang menemukan celah dalam sistem perusahaan yang memungkinkannya mendapatkan keuntungan pribadi. Meskipun tidak ada peraturan tertulis yang secara spesifik melarangnya, individu yang bijak akan menolak melakukannya karena bertentangan dengan prinsip integritas dan kejujuran.

Peraturan: Batasan Eksternal

Peraturan, di sisi lain, adalah serangkaian pedoman atau batasan yang ditetapkan oleh pihak luar---baik itu lembaga, pemerintah, atau organisasi. Peraturan ada untuk memastikan keteraturan, keadilan, dan keamanan. Namun, mereka sering kali bersifat kaku, tidak bisa mengakomodasi setiap nuansa situasi, dan tidak selalu mencerminkan esensi dari kebenaran.

Bergantung hanya pada peraturan bisa berbahaya. Pendekatan ini bisa memicu mentalitas "selama tidak melanggar aturan, itu boleh saja." Ini adalah cara pandang yang minimalis dan bisa mengikis moralitas. Contoh klasik adalah seorang pengemudi yang mematuhi batas kecepatan tetapi tidak memberikan jalan kepada ambulans karena tidak ada aturan yang mewajibkannya. Pengemudi ini mematuhi peraturan, tetapi mengabaikan prinsip empati dan kemanusiaan.

Keterkaitan dan Sinergi

Meskipun prinsip dan peraturan sering kali dilihat sebagai dua hal yang berbeda, keduanya sebenarnya harus saling melengkapi. Peraturan memberikan kerangka dasar dan standar yang jelas, sementara prinsip mengisi kekosongan, memberikan konteks, dan mendorong tindakan yang lebih bermoral dan etis. Individu yang bijak menggunakan peraturan sebagai panduan, tetapi membiarkan prinsip menjadi penentu akhir dari tindakan mereka.

Dalam dunia kepemimpinan, perbedaan ini sangat krusial. Seorang pemimpin yang hanya berpegang pada peraturan akan cenderung birokratis dan tidak fleksibel. Namun, pemimpin yang dipandu oleh prinsip akan menginspirasi orang lain, membangun kepercayaan, dan menciptakan budaya yang kuat dan sehat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline