Lihat ke Halaman Asli

Dhuha Dzakirah

Mahasiswa aktif Program Studi Pendidikan Sosiologi, Universitas Negeri Jakarta

Fenomena 'Fake Rich': Mengapa Generasi Z Rela Berhutang Demi Status Symbol?

Diperbarui: 6 Juli 2025   04:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

          Pernahkah kalian melihat teman yang memiliki ekonomi pas-pas an tapi selalu makan di kafe mahal? Atau di dekat kalian yang selalu pake barang mahal dan terbaru tapi bertolak belakang dengan keadaan hidupnya? Fenomena ini adalah "fake rich" atau "pura-pura kaya". Istilah "fake rich" belakangan ini lagi viral di media sosial, terutama TikTok dan Instagram. Generasi Z atau mereka yang lahir antara 1997-2012 kini jadi sorotan karena banyak yang rela berhutang demi terlihat kaya. Mereka beli barang branded, makan di tempat instagramable, dan liburan ke tempat mahal. Tapi sebenarnya, kondisi keuangan mereka pas-pasan.

          Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa 60% pengguna pinjaman online adalah generasi muda berusia 19-34 tahun. Sebagian besar menggunakan pinjaman untuk gaya hidup, bukan kebutuhan pokok. Ini jadi pertanda bahwa ada yang salah dengan cara pandang generasi muda soal uang dan status sosial. Ditambah media sosial yang memperparah situasi ini, dimana seperti Instagram dan TikTok yang dipenuhi konten orang pamer kekayaan. Mulai dari unboxing barang branded, review restoran mewah, hingga foto liburan ke luar negeri. Generasi Z yang melihat ini merasa tertekan, mereka tidak mau terlihat "kalah" dari teman-temannya.

          Fenomena fake rich ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Di Korea Selatan, ada istilah "flex culture" yang mirip. Di Amerika, generasi muda disebut "keeping up with the Joneses" versi digital. Bedanya, sekarang tekanan sosial datang dari media sosial yang tidak pernah berhenti. Yang menariknya, generasi Z tumbuh di era digital native, dimana mereka paham teknologi, bisa cari informasi dengan cepat, dan katanya lebih "melek" finansial. Tapi kenyataannya, mereka justru terjebak dalam perangkap konsumtif yang dibungkus dengan kemudahan teknologi.

          Pinjaman online dan sistem "beli sekarang, bayar nanti" seperti Shopee PayLater, Gopay PayLater, dan sejenisnya semakin memudahkan gaya hidup fake rich. Adanya proses pengajuan yang cepat, persyaratan ringan, dan persetujuan instan membuat generasi Z ini tentu mudah tergoda. Anehnya, generasi Z juga dikenal sebagai generasi yang peduli dengan isu sosial dan lingkungan yang paham soal perubahan iklim, kesetaraan gender, dan keadilan sosial. Tapi disisi lain, mereka terjebak dalam konsumerisme yang merusak nilai-nilai yang mereka perjuangkan.

Pertanyaan besarnya adalah mengapa generasi yang katanya paling sadar dengan isu sosial ini justru terjebak dalam permainan status symbol? Apa yang membuat mereka rela berhutang demi terlihat kaya? Dan bagaimana cara mengatasi masalah ini?

Analisis Sosiologi

Dari kacamata sosiologi, fenomena fake rich bukanlah hal yang muncul begitu saja. Ada beberapa faktor yang saling berkaitan dan menciptakan kondisi ini.

Teori Kelas Sosial Pierre Bourdieu

           Sosiolog asal Prancis yang bernama Pierre Bourdieu mempunyai teori tentang modal budaya (cultural capital). Menurutnya, status sosial tidak hanya ditentukan oleh uang, tapi juga oleh kepemilikan barang-barang yang menunjukkan "kelas". Generasi Z memahami ini dengan baik, mereka tahu bahwa memakai barang Branded dan Limited Edition membuat mereka dipandang berbeda.

           Disisi lain, Bourdieu bicara soal "habitus" yaitu kebiasaan dan cara hidup yang menunjukkan kelas sosial. Generasi Z mencoba meniru habitus kelas menengah atas, layaknya minum kopi di Coffee Shop mahal, makan di restoran hotel, dan berlibur ke tempat eksotis. Mereka berharap dengan meniru gaya hidup ini, mereka akan diterima di kelas sosial yang lebih tinggi.

Tekanan Sosial dan Conformity

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline