Lihat ke Halaman Asli

Nahariyha Dewiwiddie

TERVERIFIKASI

Penulis dan Pembelajar

Kritikan #BelajarDariRumah: Setengah Jam, Mana Cukup?

Diperbarui: 20 April 2020   06:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tayangan #BelajarDariRumah yang disiarkan di TVRI. Dokpri

Setelah berjalan selangkah lima hari, kurasa ini waktunya buat mengkritisinya.

Iya, apalagi setelah kupantau lewat Twitter, banyak suara keluhan yang terdengar nyaring, di tengah berjalannya program #BelajarDariRumah yang diprakrasai Kemendikbud dan menggandeng TVRI sebagai siaran resminya, demi menekan penyebaran COVID-19 serendah-rendahnya.

Tapi, apakah benar, keluhan-keluhan yang dimaksudkan para pelajar yang menjelma dalam wujud akun-akun di medsos dan curahan isi hati yang ditata dalam rangkaian status mereka? 

Hmmm, setelah kurenungkan, saya putuskan untuk memantaunya. Ditambah, kuteringat akan 'colekan' mbak Listhia lewat komentarnya, menyarankan untuk me-review siaran pendidikan tersebut. Oke,baiklah!

Dimulai dari pelajaran Matematika Sekolah Dasar kelas 4-6, tentang Pengolahan Data yang tayang hari ini. Memang dari awal diriku bersiap-siap untuk berdiam di hadapan layar kaca. Setelah kutonton, kok rasanya penjelasannya, terlalu cepat, ya?

Hal yang sama terjadi ketika saya nonton pelajaran yang sama; Matematika. Hanya, untuk jenjang SMP yang bertemakan Teorema Phytagoras yang telah ditayangkan kemarin, walaupun hanya sampai dua segmen. Yang kutemukan sama saja: TERLALU CEPAT!

Oh, benar juga apa yang dikeluhkan para siswa!

Berbeda dengan jenjang SMA, yang lagi-lagi saya nonton pelajaran Matematika. Dalam bab Perbandingan Trigonometri yang ditayangkan 16 April lalu, malah diriku senang akan penjelasannya yang tak terlalu cepat. Malah, saya bisa memperhatikan lebih lama lagi, yah meskipun hanya satu segmen karena keterbatasan waktu saya untuk menonton.

Namun, pas masuk penjelasan tentang Frekuensi Harapan, malah saya menemukan hal yang mengecewakan: tulisannya kecil-kecil! (hmmm, pantesan saya "kabur"!) Yang matanya normal malah kewalahan buat memperhatikan materinya, apalagi matanya minus? Sungguh bikin sakit mata.

Habis pembelajaran, langsung kasih soal. Kok gak ada ruang waktu buat bertanya, ya? Lewat telepon, akun medsos, dan sebagainya. Terkesan pendidikan satu arah gitu

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline