Mohon tunggu...
NANDA RIYADINTA
NANDA RIYADINTA Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Tanjungpura University Students department International Relation

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hak Asasi Manusia: Fondasi Diplomasi Modern atau Retorika Kosong?

27 Mei 2024   10:00 Diperbarui: 27 Mei 2024   10:31 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hak asasi manusia (HAM) adalah prinsip dasar yang harus dipegang oleh setiap individu tanpa memandang latar belakang, agama, ras, atau gender. HAM ini jadi isu penting dalam hubungan internasional, terutama setelah Perang Dingin. Baik negara maju maupun negara berkembang menjadikan HAM sebagai acuan dalam politik luar negeri mereka. Selain itu, organisasi internasional seperti PBB juga aktif mengkampanyekan nilai-nilai HAM dan menghukum pelaku pelanggaran HAM berat. Organisasi regional seperti Uni Eropa dengan European Court of Justice dan ASEAN dengan ASEAN Inter-governmental Commission on Human Rights (AICHR) juga turut serta dalam upaya ini. Nggak cuma negara, organisasi masyarakat sipil dan media massa juga mendukung gerakan HAM.

PBB dan organisasi internasional sejenisnya sangat berperan dalam menanggulangi persoalan HAM global. Mereka punya badan-badan dan sistem HAM yang berfungsi sebagai tempat negara-negara anggota berdiskusi, bekerjasama, dan melindungi HAM. Di samping itu, ada lembaga khusus seperti Dewan HAM PBB yang memantau pelanggaran HAM dunia dan memberi saran untuk perbaikan. Lewat mekanisme ini, negara-negara bisa saling dukung agar HAM dihormati secara universal.

Dalam konteks globalisasi, sosialisasi HAM sangat erat kaitannya dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Kemajuan infrastruktur transportasi dan meningkatnya intensitas perdagangan dunia juga mempercepat penyebaran HAM ke seluruh dunia. Interdependensi dan konektivitas menjadi hal penting karena peristiwa di satu tempat bisa cepat diketahui dan ditangani dari tempat lain dengan biaya murah. Misalnya, ketika ada kelaparan atau bencana alam di suatu tempat, bantuan dari seluruh dunia bisa segera datang. Di era globalisasi ini, isu HAM jadi makin kompleks dan relevan. Globalisasi punya dampak positif dan negatif yang besar terhadap kehidupan manusia di seluruh dunia. Dalam hal ini, etika politik sangat penting untuk memastikan bahwa HAM tetap terjaga dalam dinamika globalisasi.

Diplomasi adalah cara utama bagi negara-negara untuk bernegosiasi, berinteraksi, dan bekerja sama mencapai tujuan bersama. Dalam konteks HAM, diplomasi digunakan untuk memperjuangkan hak-hak manusia di tingkat internasional. Diplomasi memainkan peran penting dalam menekan negara-negara yang melanggar HAM, membangun koalisi internasional untuk memperjuangkan HAM, dan memastikan bahwa nilai-nilai HAM dihormati di seluruh dunia. Kebijakan luar negeri suatu negara juga mencerminkan komitmen negara tersebut terhadap HAM, dengan menggunakan diplomasi sebagai sarana untuk mempromosikan nilai-nilai HAM di tingkat global.

HANYA RETORIKA KOSONG?

Namun, ada juga negara-negara yang menggunakan isu HAM sebagai retorika untuk kepentingan politik mereka. Mereka mungkin secara terbuka menyuarakan komitmen terhadap HAM di forum internasional, tetapi di dalam negeri mereka melanggar HAM dengan menindas oposisi politik atau kelompok minoritas. Contohnya, China sering bicara tentang pentingnya kedaulatan dan non-intervensi, tapi di saat yang sama mereka melakukan pelanggaran HAM terhadap kelompok minoritas Uighur di Xinjiang. Tindakan ini menunjukkan bahwa penggunaan retorika HAM lebih sebagai alat untuk memperoleh dukungan politik atau citra positif di mata dunia, daripada sebagai komitmen nyata untuk melindungi hak asasi manusia.


Fondasi dalam dunia modern

Di sisi lain, ada negara-negara yang benar-benar menjadikan HAM sebagai fondasi kebijakan luar negeri mereka. Contohnya, Norwegia dikenal sebagai negara yang menjadikan HAM sebagai dasar utama dalam kebijakan luar negerinya. Norwegia secara konsisten memperjuangkan nilai-nilai HAM dalam hubungan internasional, termasuk dalam dialog diplomatik, bantuan pembangunan, dan perdagangan. Negara ini aktif mendukung organisasi internasional yang mempromosikan HAM, serta memberikan bantuan kemanusiaan kepada negara-negara yang mengalami krisis HAM. Pendekatan Norwegia yang konsisten ini menunjukkan bahwa HAM bukan hanya retorika, tetapi benar-benar menjadi landasan yang kuat dalam setiap keputusan dan interaksi luar negeri yang mereka lakukan.

Penting banget buat diakui kalau Hak Asasi Manusia (HAM) harus jadi dasar utama dalam diplomasi modern, bukan cuma alat yang dipakai pas lagi butuh buat kepentingan politik atau negara. Konsistensi dalam memperjuangkan nilai-nilai HAM di hubungan internasional bakal memperkuat legitimasi dan kepercayaan dalam diplomasi suatu negara. Implementasi yang tegas terhadap HAM juga menunjukkan komitmen nyata terhadap prinsip-prinsip kemanusiaan universal. Penting bagi negara-negara untuk memastikan bahwa HAM bukan cuma jadi slogan kosong, tapi benar-benar dijunjung tinggi dan diterapkan dalam setiap aspek diplomasi mereka.

Untuk menjadikan HAM sebagai fondasi nyata dalam diplomasi modern, diperlukan konsistensi dan implementasi yang tegas. Artinya, negara-negara harus konsisten memperjuangkan nilai-nilai HAM dalam setiap interaksi luar negeri, termasuk dalam dialog diplomatik, kebijakan perdagangan, bantuan pembangunan, dan partisipasi dalam organisasi internasional. Implementasi yang tegas juga diperlukan untuk memastikan bahwa komitmen terhadap HAM tercermin dalam tindakan nyata, seperti melindungi hak asasi manusia di dalam negeri, memberikan bantuan kemanusiaan, dan mendukung upaya internasional untuk memajukan HAM secara global.

Jadi, penting bagi negara-negara untuk tidak hanya berbicara tentang HAM sebagai retorika kosong, tetapi juga mengimplementasikan nilai-nilai HAM dalam setiap keputusan dan interaksi luar negeri yang dilakukan. Hanya dengan begitu, HAM bisa benar-benar dijunjung tinggi dan dihormati di seluruh dunia. Komitmen nyata terhadap HAM akan memperkuat legitimasi dan kepercayaan dalam diplomasi suatu negara, memastikan bahwa prinsip-prinsip kemanusiaan universal benar-benar dijalankan dan dihormati. Penting pula untuk memastikan bahwa Hak Asasi Manusia bukan hanya kata-kata dalam diplomasi modern, tetapi benar-benar diterapkan dalam setiap keputusan dan interaksi luar negeri. Konsistensi dalam memperjuangkan nilai-nilai HAM akan memperkuat legitimasi dan kepercayaan dalam diplomasi suatu negara, serta menunjukkan komitmen nyata terhadap prinsip-prinsip kemanusiaan universal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun