Lihat ke Halaman Asli

Devie Koerniawan

Menulis untuk mengubah

Gayus dan Dhana Hanyalah Kerikil Perubahan

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik



“Dia yang mereformasi dirinya telah melakukan lebih banyak perubahan bagi bangsanya ketimbang sekumpulan orang yang berisik, para patriot yang impoten”

- Johann Kaspar Lavater

Berlakangan ini ramai diberitakan kasus DW, seorang PNS mantan pegawai Ditjen Pajak yang memiliki harta berlimpah. Banyak media yang memberitakan DW memiliki rekening sampai 60 Milyar. Sejenak kemudian beberapa media meralatnya menjadi 28 Milyar. Tak berapa lama angka-angka itu pun semakin simpang siur dan tidak jelas kepastiannya.

Gencarnya pemberitaan media seakan-akan mengingatkan masyarakat dengan kasus Gayus tambunan yang lebih dulu meledak. Terlebih kasus DW muncul atau dimunculkan disaat Gayus menerima vonis atas beberapa dugaan kasus korupsi dan penyalahgunaan wewenang. Hasilnya adalah sikap apriori dan antipati publik terhadap apapun yang berjudul pajak kembali muncul. Salah satunya adalah kecenderungan masyarakat untuk men-stereotip-kan semua pegawai pajak, bahwa semua pegawai pajak itu ya Gayus.

Usaha Ditjen Pajak untuk membangun kepercayaan publik pun bak panas setahun yang hilang oleh hujan sehari, hampir tak berbekas. Reformasi perpajakan yang sudah diperjuangkan dari tahun 2002 pun sepertinya tidak berbekas sama sekali. Sepuluh tahun adalah waktu yang tidak sebentar untuk melakukan perubahan, karena memang perubahan itu membutuhkan waktu dan tidak akan pernah berhenti. Selama itu pula, akan banyak kerikil dan batu yang menghalangi setiap usaha perubahan menuju kebaikan. Itu sudah menjadi konsekuensi dari niat baik.

Seperti yang pernah dikatakan oleh  mantan Menteri Keuangan, Ibu Sri Mulyani, sesuatu yang tidak membunuh kita, akan berbalik menguatkan kita. Gayus, stigma negatif publik maupun politisasi Ditjen Pajak hanyalah batu-batu kecil dan kerikil-kerikil yang meskipun tajam, akan semakin menguatkan reformasi yang dilakukan oleh Ditjen Pajak.

Saya ada sorang pegawai di Ditjen Pajak. Saya memahami ke-apriori-an pembaca terhadap tulisan ini ketika pembaca tahu bahwa saya adalah bagian dari Ditjen Pajak. tetapi saya, dan sebagian besar pegawai Ditjen Pajak lainnya, akan tetap percaya diri untuk menjadi bagian dari reformasi di Ditjen Pajak. Kami ingin melakukan lebih banyak hal dari pada hanya sekedar berisik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline