Suatu ketika saya mendapat kesempatan untuk mengunjungi Pulau Timor. Tepatnya ke kota Kupang, Atambua dan Pulau Semau. Selama di sana saya juga berkeliling di perkampungan Air Mata. Merasakan naik angkutan umum di sana.
Selama di sana saya sempat menginap di kampung Air Mata. Sedikit banyak jadi tahu keseharian masyarakat di sana. Sama seperti umumnya masyarakat di Jawa. Pagi hari sebelum beraktivitas kita ngopi-ngopi dulu.
Yang jadi perhatian saya adalah kopi yang mereka minum. Dalam hati saya pasti yang mereka minum kopi khas masyarakat sana. Ketika pergi ke Atambua pun demikian. Saya melihat masyarakat setempat ngopi di warung sambil menikmati camilan yang ada di warung.
Begitu juga pada saat saya menyebrang ke Pulau Semau. Pulau yang tak jauh dari kota Kupang. Di pelabuhan sambil menunggu kapal merapat, kita duduk di warung sambil ngopi. Dari sinilah saya mengetahui jenis kopi yang mereka minum.
Saya memesan satu gelas kopi sambil memperhatikan si penjual kopi. Rupanya kopi yang ia suguhkan berupa kopi sachet dengan merk Tugu Buaya. Dalam hati saya, "Oh, ini kali ya kopi keseharian masyarakat Kupang dan sekitarnya. "
Langsung saja esoknya saya minta tolong dibelikan. Niatnya untuk oleh-oleh kawan dan kerabat di Jakarta. Meski saya bukan pecinta kopi, tapi senang saja membawakan oleh-oleh kopi. Apalagi kopi salah satu minuman yang dikonsumsi oleh hampir sebagian besar masyarakat Indonesia. Pasti senang dong kalau diberi kopi khas suatu daerah.
Begitulah niat hati saya. Tidak dinyana saya salah tafsir. Begitu si kopi Tugu Buaya sudah dibeli, baru diberitahu. Kalau kopi Tugu Buaya itu aslinya dari Gresik, Jawa Timur.
"Apaaa? Dari Jawa Timur? Ya ampuuun bisa diketawain kopi lovers nh. "
Saya pegang serenceng kopi Tugu Buaya sambil garuk-garuk kepala. Sudah telanjur membeli banyak masa ditinggal. Akhirnya tetap seperti niat semula. Dijadikan oleh-oleh bersama jajanan lain yang saya beli.
Tapi saat memberikan oleh-oleh tersebut saya beri keterangan kalau kopi tersebut yang asalnya dari Gresik merupakan kopi keseharian masyarakat Kupang dan sekitarnya. Itu saya beli di kota Kupangnya. Anggap saja tuh kopi jalan-jalan dulu ke pulau Timor sebelum tiba di Jakarta.
Begitulah kisah saya bersama kopi Tugu Buaya yang kalau diingat suka bikin ketawa sendiri. Akibat kurang teliti dan malas mencari tahu.