Lihat ke Halaman Asli

Deni Arisandy

Freelancer

Catatan Tragedi Kanjuruhan: Prestasi dan Ancaman Sanksi bagi Timnas Garuda

Diperbarui: 5 Oktober 2022   14:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto: bola.net

Malam ini, Timnas Sepakbola U-17 Indonesia akan berjuang mengatasi perlawanan UEA dalam babak kualifikasi Piala Asia U-17. Sebelumnya, 14 gol dan clean sheet berhasil ditorehkan Garuda Junior ketika melawan Guam.

Tetapi akan sangat disayangkan, jika Timnas U-17 sukses lolos dari fase grup, namun tak bisa melaju karena FIFA mengenakan sanksi. Memang belum ada keputusan dan semoga sanksinya  tidak seberat itu. Hanya kalau sanksi pencoretan Timnas sepak bola Indonesia dari kepesertaan Piala Asia dan Piala Dunia U-20, menjadi salah satu dari bagian sanksi bagi sepak bola Indonesia, jelas ini merupakan pukulan telak.

Sangat disayangkan, ketika masyarakat sepak bola di Tanah Air tengah berada dalam euforia prestasi yang dicapai Timnas dari berbagai kelompok umur dan senior, tiba-tiba harus menghadapi potensi pengenaan sanksi berat dari FIFA.

Sepak bola Indonesia sedang berkabung, tetapi semoga ada sedikit hiburan dengan tetap dibolehkannya Timnas Garuda berlaga dan menuai prestasi di kancah Asia.

Tragedi di Stadion Kanjuran patut disesali. Tak sepantasnya sebuah kekalahan atau kemenangan dihargai dengan melayangnya ratusan nyawa manusia. Provokasi oknum suporter militan dengan turun ke lapangan selepas pertandingan, yang kemudian disikapi dengan aksi sepontan aparat, sangat mahal harganya.

Penonton di tribun yang tidak  ikut turun ke lapangan, harus ikut menjadi korban meninggal. Bukan hanya orang dewasa, ada anak-anak dan wanita juga yang menjadi korban. Mengutip Kompas.tv (5/10/2022) yang melansir data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), ada 42 orang korban perempuan  dan 37  anak-anak yang meninggal dari tragedi Kanjuruhan tersebut.

Waktu tidak bisa ditarik ke belakang untuk mencegah terjadinya tragedi tersebut. Kini, sambil menunggu apa hasil penelusuran dari Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang dibentuk pemerintah, sudah seharusnya secara berbarengan dicari solusi agar kejadian ini tak lagi terulang.

Memang Kepolisian sudah menetapkan sanksi bagi jajarannya yang dianggap bertanggung jawab terhadap tragedi tersebut. Penelusuran lebih jauh sedang dilakukan TGPF. Tetapi, solusi untuk memberi kepastian agar tragedi serupa di kemudian hari tidak terulang, juga tak kalah  penting.

Tragedi di Stadion Kanjuruhan menjadi tragedi terbesar kedua di dunia yang menelan korban jiwa terbanyak dari sepak bola. Tak seharusnya sepak bola yang menjadi sebuah hiburan, menyajikan  tontonan menarik, serta seharusnya menjadi lambang sportivitas,  justru malah tercoreng dan merenggut korban jiwa sebanyak itu. Semoga tidak pernah terulang lagi.

Sebagai bagian masyarakat pecinta sepak bola Nasional, saya ikut berduka cita sedalam-dalamnya atas kejadian ini. Juga harapan agar pemerintah ikut bertanggung jawab dan memberikan dukungan serta fasilitas yang dibutuhkan oleh keluarga yang anak, orang tua, kakak atau adiknya--yang tidak seharusnya--ikut menjadi korban. Khususnya bagi anak-anak yang ditinggalkan orang tuanya dalam tragedi memillukan itu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline