Mohon tunggu...
Deni Arisandy
Deni Arisandy Mohon Tunggu... Lainnya - Freelancer

Penulis lepas, penyuka kopi hitam asli Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Bola

Catatan Tragedi Kanjuruhan: Prestasi dan Ancaman Sanksi bagi Timnas Garuda

5 Oktober 2022   13:59 Diperbarui: 5 Oktober 2022   14:03 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam ini, Timnas Sepakbola U-17 Indonesia akan berjuang mengatasi perlawanan UEA dalam babak kualifikasi Piala Asia U-17. Sebelumnya, 14 gol dan clean sheet berhasil ditorehkan Garuda Junior ketika melawan Guam.

Tetapi akan sangat disayangkan, jika Timnas U-17 sukses lolos dari fase grup, namun tak bisa melaju karena FIFA mengenakan sanksi. Memang belum ada keputusan dan semoga sanksinya  tidak seberat itu. Hanya kalau sanksi pencoretan Timnas sepak bola Indonesia dari kepesertaan Piala Asia dan Piala Dunia U-20, menjadi salah satu dari bagian sanksi bagi sepak bola Indonesia, jelas ini merupakan pukulan telak.

Sangat disayangkan, ketika masyarakat sepak bola di Tanah Air tengah berada dalam euforia prestasi yang dicapai Timnas dari berbagai kelompok umur dan senior, tiba-tiba harus menghadapi potensi pengenaan sanksi berat dari FIFA.

Sepak bola Indonesia sedang berkabung, tetapi semoga ada sedikit hiburan dengan tetap dibolehkannya Timnas Garuda berlaga dan menuai prestasi di kancah Asia.

Tragedi di Stadion Kanjuran patut disesali. Tak sepantasnya sebuah kekalahan atau kemenangan dihargai dengan melayangnya ratusan nyawa manusia. Provokasi oknum suporter militan dengan turun ke lapangan selepas pertandingan, yang kemudian disikapi dengan aksi sepontan aparat, sangat mahal harganya.

Penonton di tribun yang tidak  ikut turun ke lapangan, harus ikut menjadi korban meninggal. Bukan hanya orang dewasa, ada anak-anak dan wanita juga yang menjadi korban. Mengutip Kompas.tv (5/10/2022) yang melansir data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), ada 42 orang korban perempuan  dan 37  anak-anak yang meninggal dari tragedi Kanjuruhan tersebut.

Waktu tidak bisa ditarik ke belakang untuk mencegah terjadinya tragedi tersebut. Kini, sambil menunggu apa hasil penelusuran dari Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang dibentuk pemerintah, sudah seharusnya secara berbarengan dicari solusi agar kejadian ini tak lagi terulang.

Memang Kepolisian sudah menetapkan sanksi bagi jajarannya yang dianggap bertanggung jawab terhadap tragedi tersebut. Penelusuran lebih jauh sedang dilakukan TGPF. Tetapi, solusi untuk memberi kepastian agar tragedi serupa di kemudian hari tidak terulang, juga tak kalah  penting.

Tragedi di Stadion Kanjuruhan menjadi tragedi terbesar kedua di dunia yang menelan korban jiwa terbanyak dari sepak bola. Tak seharusnya sepak bola yang menjadi sebuah hiburan, menyajikan  tontonan menarik, serta seharusnya menjadi lambang sportivitas,  justru malah tercoreng dan merenggut korban jiwa sebanyak itu. Semoga tidak pernah terulang lagi.

Sebagai bagian masyarakat pecinta sepak bola Nasional, saya ikut berduka cita sedalam-dalamnya atas kejadian ini. Juga harapan agar pemerintah ikut bertanggung jawab dan memberikan dukungan serta fasilitas yang dibutuhkan oleh keluarga yang anak, orang tua, kakak atau adiknya--yang tidak seharusnya--ikut menjadi korban. Khususnya bagi anak-anak yang ditinggalkan orang tuanya dalam tragedi memillukan itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun