Lihat ke Halaman Asli

Delianur

TERVERIFIKASI

a Journey

Ibnu Sina dan Kearifan Timur

Diperbarui: 1 Juli 2020   11:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: english.khamenei.ir

Antonie Van Leeuwenhoek bisa disebut sebagai orang pertama yang melihat bakteri pada tahun 1684. Peneliti berkebangsaan Belanda ini berhasil melihat makhluk hidup super kecil yang tidak bisa dilihat dengan mata, dengan memakai mikroskop amatir buatannya. 

Sementara Robert Heinrich Herman Koch dari Jerman yang hidup sepanjang 1843-1910 bisa dianggap sebagai pendiri modern Bakteriologi. Karena perannya dalam mengidentifikasi agen penyebab spesifik TB, Kolera dan Antrak. 

Karenanya nama Robert Koch pun diabadikan menjadi nama Robert Koch Institute. Sebuah lembaga kajian kesehatan di Jerman yang pada masa pandemi ini, dijadikan rujukan Angela Markel dalam menangani pandemi virus corona di Jerman.

Namun 600-800 tahun sebelum Leeuwenhoek dan Koch hidup, entah bagaimana Ibnu Sina bisa mengatakan hal serupa. Menurut Ibnu Sina, dalam tubuh manusia itu ada makhluk super kecil yang tidak bisa dilihat mata. 

Makhluk super kecil itu kerap menjadi sumber penyakit dan memindahkan penyakit dari satu manusia ke manusia lain. Perpindahannya bisa melalui pakaian yang dipakai atau persentuhan badan. Untuk menghindari menjalarnya penyakit yang disebabkan makhluk kecil itu, Ibnu Sina menganjurkan pelaksanaan isolasi selama 40 hari yang disebut Al-Arbai'n, yang dalam bahasa Arab berarti 40.

Metode isolasi selama 40 hari inilah yang dipakai oleh orang Venezia Italia ketika Eropa dilanda Black Death. Sebuah wabah pes di Abad 14 yang membunuh sampai 60% penduduk Eropa. 

Orang Venezia memakainya karena dia adalah kota pelabuhan. Tempat dimana wabah itu menyebar. Dalam bahasa Venezia, Al-Arba'in disebut dengan Quarantine yang juga berarti 40. 

Pada masa sekarang, orang menyebutnya dengan karantina. Sebuah proses mengisolasi penyakit yang karena kemajua pengetahuan, tidak selalu berlaku selama 40 hari.

Selain mengatakan bahwa sumber penyakit itu berasal dari sesuatu yang bersifat fisik, Ibnu Sina juga yang mengatakan bahwa sumber penyakit pada dasarnya bisa hal yang bersifat non psikis. Karenanya orang tidak hanya akan sakit karena dihinggapi virus, tetapi badannya juga akan sakit kalau dia ditinggalkan orang yang sangat dia cintai. 

Apakah ditinggal meninggal oleh orang tuanya, anaknya atau istrinya. Bisa juga karena ditinggal pacaranya. Seperti yang disebut Ibnu Sina dalam Qanun At-Thib. Sebuah master piece yang diterjemahkan menjadi "The Canon of Medicine" dan menjadi rujukan banyak fakultas kedokteran di Eropa  

Kesimpulan Ibnu Sina ini berdasar pada psikologi eksperimental yang diterapkannya. Disebutkan bahwa suatu hari Ibnu Sina dihadapkan pada seorang pemuda yang kelihatan sakit parah. Namun tidak jelas penyebabnya apa. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline