Lihat ke Halaman Asli

Nur Terbit

Pers, Lawyer, Author, Blogger

Aksara Lontara Sebagai Pelajaran Muatan Lokal Kenapa Dihapus?

Diperbarui: 12 Februari 2025   23:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

i Laga Ligo, teater klasik khas Makassar (foto : Indonesia kaya.com/nurterbit)

Aksara Lontara Sebagai Pelajaran Muatan Lokal Kenapa Dihapus? (Catatan : Nur Terbit)

Bagi yang lahir dan sekolah SD di Sulawesi Selatan (Sulsel) khususnya di Kota Makassar era 1960-1970-an, tentu masih mendapatkan pelajaran bahasa daerah dengan menulis Huruf Lontara atau Aksara Lontara.

Saya ingat waktu masih sekolah di SD di Makassar, ada pelajaran bahasa daerah dengan huruf atau tulisan Lontara (aksara Lontara). Sekarang bahasa daerah tersebut sudah dihapus. Anak SD di Makassar sekarang sudah tidak bisa baca Lontara.

Aksara lontaran itu sendiri, tidak ada huruf mati, yang ada "ka, gak, nga, wa, ra, sa, a, ha" semacam abjad dalam versi Makassar. Karena tidak ada huruf mati itulah, kalau salah baca, bisa bermakna lain. Contohnya:

"Nasambilai Balla Datoka" (artinya, dia melempar Balla Dato, rumah ibadah umat Budha).

Bisa salah baca menjadi:

"Nasambilai na Balanda Attokka" (dia melempar, tapi kepala orang Belanda yang kena sampai pitak, petok...)

Contoh lain yang lebih parah:

"Natunui Pajjannanganga" (artinya: dia sedang menyalakan lampu teplok, lampu minyak tanah).

Bisa salah baca menjadi: "Nattunui napajana nganga" (dia nyalakan lampu minyak, tapi, maaf, pant**nya yang menganga)  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline