Tidak hanya gebetan, merayu Tuhan juga ada seninya lho! Hmm, kira-kira apa yang pertama kali terlintas dalam benak para Kompasianers saat pertama kali mendengar kalimat 'Seni Merayu Tuhan?' Kalau aku pribadi langsung menerka-nerka seperti apa ya seni rayuannya?
Nah, pada kesempatan kali ini aku hendak berbagi sedikit dari pada yang aku temukan dalam buku Seni Merayu Tuhan karya Habib Husein Ja'far Al Hadar. Buku yang diterbitkan melalui penerbit Mizan di tahun 2022 ini merupakan buku Islam populer (tasawuf). Ditulis dengan mengenakan bahasa yang lugas, modern, jelas, dan mudah untuk dipahami semua kalangan.
Hadirnya buku ini memberikan pemahaman bahwa rayuan tidak hanya berlaku untuk mahluk semata, pun kepada-Nya Sang Pencipta alam raya. Sebagaimana dikatakan Habib Husein Ja'far yang aku kutip dari bukunya - sederhananya begini; 'bertemu mahluk Allah saja kita rela bersusah payah berdandan - kadang sampai rela perlu beli baju baru. Tapi, begitu ketemu empunya alam raya, kita malah terkesan meremehkan.' Dari sini kita sudah cukup memahami, bahwa etika itu paling diutamakan.
Sejauh ini sudah seberapa sering kita 'merayu Tuhan?' Jangan-jangan hanya ketika mendesak, ketika ada maunya, disaat lagi kepepet saja. Jangan sampai ibadah yang kita lakukan hanya sebagai formalitas belaka. Nah, melalui buku ini Habib menyadarkan kita agar hal-hal 'sepele' seperti ini tidak luput dari perhatian kita, Habib juga mengajak kita untuk introspeksi diri - sejauh ini apakah yang kita lakukan sudah benar dan sesuai.
Kalau kata Habib Husein, salah satu kunci merayu Tuhan itu adalah ikhlas dalam beribadah. Karena dengan begitu, ibadah akan diterima Tuhan. Menjadi pengetuk rahmat-Nya dan rahmat-Nya itulah yang menjadi kunci surga. Lantas apa hubungannya 'Seni Merayu Tuhan' dengan ramadan?
Bulan ramadan adalah bulan penuh rahmat, bulan ampunan, di mana doa-doa kita semakin diperdengarkan. Oleh karenanya kita harus merayu Tuhan lebih giat dan banyak lagi agar ibadah kita terkesan tidak hanya 'gitu-gitu saja'. Momentum ramadan ini harus ada peningkatan spiritualitas - kualitas keimanan kita.
Bagaimana cara merayu Tuhan di bulan ramadan? Dengan memperbaiki kualitas dan menambah kuantitas ibadah kita, baik yang sunnah maupun wajibnya. Mensalehkan diri dari segi ritual, sosial maupun secara digital. Jika pada hari biasanya kita sholatnya bolong-bolong, maka di bulan ramadan ini kita usahakan betul untuk full lima waktu, kita tambah juga dengan yang sunnahnya. Begitupun dengan doa, jika kemarin-kemarin kita jarang berdoa, maka pada saat ini kita naikkan volume doa kita, hadirkan hati (khusyuk) agar Allah semakin senang. Manfaatkan waktu untuk saling membantu sesama, insha Allah jika kita permudah urusan orang lain, Allah akan permudah pula urusan kita.
Sebagai penutup, aku kembali kutip sebuah pesan dari Habib Husein Ja'far Al Hadar yang begitu indah ini; "Allah Maha indah dan menyukai keindahan, maka dekati Dia dengan rayuan yang begitu romantis. Sebab, amal kita bukanlah 'alat tukar' untuk surga, melainkan hanya Rahmat-Nya yang membawa kita ke surga." Jika Tuhan Maha Pengasih, masih perlukah kita merayu-Nya? Tentu saja perlu dan hanya itulah cara kita menjemput rahmat-Nya. Bahkan, sebelum kita merayu-Nya dengan romantis, Tuhan telah memberi nikmat yang unlimited. Jangankan untuk membalas nikmat-Nya, untuk menghitungnya pun kita tak akan mampu! Maka, kita memerlukan seni merayu Tuhan, agar cinta dan rahmat-Nya senantiasa berdegup di hati kita."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI