Lihat ke Halaman Asli

Cindy Carneta

Sarjana Psikologi

Hidup dengan Genre Comedy

Diperbarui: 8 Juli 2025   15:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi orang sedang tertawa (dok: static.promediateknologi.id)

Sebab di hutan yang tak pasti, hanya mereka yang bisa menertawakan luka yang mampu berjalan lebih jauh.

Barangkali, hidup memang tak pernah ditakdirkan untuk selalu masuk akal.

Banyak dari kita tumbuh dengan keyakinan bahwa kehidupan adalah sesuatu yang bisa direncanakan, dikalkulasi, dipetakan seperti jalur pendakian yang tertera rapi dalam peta. Bahwa selama kita memilih jalur yang tepat, waktu yang tepat, perbekalan yang tepat, maka kita akan tiba di puncak seperti yang dijanjikan.

Namun kenyataan membuktikan hal yang berbeda. Peta seringkali tidak relevan di medan yang terus berubah. Hutan tidak menyediakan arah. Ia hanya menyediakan kemungkinan. Dan kita sebagai manusia seringkali mendamba kepastian di medan yang justru dibangun dari ketidakpastian.

Di titik ini, sebagian orang akan memilih untuk panik. Sebagian lagi memilih berhenti. Tapi ada satu jenis manusia yang justru bertahan lebih lama, yaitu mereka yang mampu melihat absurditas hidup ini sebagai sesuatu yang bisa ditertawakan.

Menertawakan hidup bukan berarti meremehkannya. Itu justru bentuk penerimaan yang matang.

Dalam dunia psikologi, kemampuan untuk menertawakan diri sendiri dan situasi yang absurd dalam hidup disebut dengan adaptive humor. Salah satu mekanisme pertahanan psikologis yang paling sehat. Ini bukan bentuk penghindaran, melainkan cara untuk menciptakan jarak emosional yang cukup agar kita tidak terseret terlalu dalam ke jurang kecemasan dan rasa bersalah.

Hidup dalam genre comedy berarti kita berhenti memaksakan diri menjadi tokoh protagonis dalam kisah heroik yang selalu menang, dan mulai menerima kenyataan bahwa seringkali kita adalah tokoh figuran dalam cerita orang lain, atau karakter yang tersandung di babak awal dan lupa masuk skrip final.

Di dalam hutan, menertawakan kesalahan bukan kelemahan, itu justru strategi untuk bertahan hidup.

Bayangkan kamu tersesat di hutan. Tidak ada sinyal. Tidak ada GPS. Tidak ada petunjuk jalan. Yang kamu punya hanyalah intuisi yang belum tentu akurat dan kemampuan menertawakan kekeliruanmu sendiri.

Dalam konteks itu, menertawakan diri bukan bentuk pengabaian terhadap masalah, tapi bentuk pemulihan energi. Karena seseorang yang menganggap setiap kesalahan sebagai tragedi besar, energinya akan cepat habis oleh tekanan internalnya sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline