Lihat ke Halaman Asli

Tirani "Tot Tot Wuk Wuk": Polusi Kasta Sosial yang Melukai Kesetaraan

Diperbarui: 21 September 2025   20:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi lampu rotator dan strobo (Kompas.com)

Jalan Raya sebagai Ruang Bersama

Jalan raya sering dipahami hanya sebagai jalur fisik yang menghubungkan satu tempat ke tempat lain. Namun, dalam kerangka sosial, jalan raya adalah ruang publik di mana manusia dari berbagai lapisan bertemu, berinteraksi, dan menegosiasikan hak serta kewajiban. 

Di jalan raya, prinsip kesetaraan seharusnya menjadi norma utama: semua pengendara memiliki posisi yang sama di hadapan aturan lalu lintas. Prinsip inilah yang membuat lalu lintas menjadi cerminan demokrasi sehari-hari, karena tidak ada perbedaan antara pengendara mobil mewah atau motor tua, selama mereka mematuhi aturan.

Sayangnya, ruang yang seharusnya egaliter ini kerap dirusak oleh praktik-praktik yang menyalahi tujuan awalnya. Salah satu yang paling nyata adalah penggunaan strobo dan sirine secara sembarangan. 

Benda yang mestinya hanya dipakai untuk keperluan darurat itu beralih fungsi menjadi alat simbolis untuk menegaskan hierarki sosial. Akibatnya, jalan raya kehilangan sifatnya sebagai ruang setara, berubah menjadi arena di mana kasta sosial dipertontonkan melalui bunyi dan cahaya.

Dalam kondisi demikian, aturan lalu lintas bukan lagi menjadi pedoman bersama yang menyeimbangkan hak dan kewajiban, melainkan sekadar instrumen yang bisa ditekuk demi kepentingan pihak tertentu. 

Siapa yang memiliki akses pada simbol-simbol seperti strobo dan sirine dapat dengan mudah mengklaim prioritas, bahkan tanpa alasan darurat. Situasi ini melahirkan rasa tidak adil di tengah masyarakat yang dipaksa tunduk pada tanda-tanda yang dilekatkan pada privilese.

Dengan demikian, jalan raya bukan hanya tempat pergerakan fisik, tetapi juga medan simbolik yang sarat dengan pertarungan makna. Strobo dan sirine menjadi representasi dari pergeseran makna: dari simbol keselamatan menjadi tanda kekuasaan. 

Pergeseran ini menciptakan bentuk polusi yang berbeda dengan asap kendaraan atau kebisingan mesin, yaitu polusi sosial yang menyumbat rasa keadilan.

Maka, penting melihat jalan raya tidak sekadar dalam dimensi teknis transportasi, melainkan dalam kerangka sosiologis. Ia adalah laboratorium nyata di mana nilai-nilai sosial diuji: apakah kita hidup dalam masyarakat egaliter atau justru dalam struktur kasta yang dibungkus simbol modernitas. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline