Lihat ke Halaman Asli

HANIF NURCHOLIS

Dosen dan Guru Besar FHISIP Universitas Terbuka

Parpol Segera Mengubur Demokrasi , Gen Z Akan Menyelamatkan Demokrasi Tanpa Parpol ?

Diperbarui: 15 September 2025   08:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : RRI.co.id.Simak bahas Gen Z dalam Pemilu

Demokrasi katanya kedaulatan di tangan rakyat. Tapi coba lihat kenyataan sekarang: kedaulatan itu dirampas, digadaikan, bahkan diperdagangkan oleh partai politik (parpol). Padahal, parpol dibentuk untuk mengagregasi kepentingan rakyat. Nyatanya? Kepentingan rakyat hanya jadi pajangan brosur kampanye.
Parpol: Dari Jembatan Jadi Zombie

Hari ini, parpol lebih mirip zombie demokrasi. Jalannya sempoyongan, wajahnya menakutkan, tapi tetap dipaksa hidup. Mereka tak lagi nyambung dengan rakyat, tapi akrab sekali dengan para pemodal. Uang jadi syarat utama, bukan akal sehat atau moralitas.

Janji manis ditebar saat pemilu, begitu kursi diraih, rakyat ditinggal. Demokrasi dijadikan tameng, rakyat dijadikan umpan, dan kekuasaan dipakai untuk bancakan. Singkatnya: rakyat ditipu, demokrasi digadai, parpol pesta pora.

Rakyat Mulai Kabur

Tapi rakyat juga tidak bodoh. Semakin lama semakin sadar kalau parpol hanya jualan mimpi. Akibatnya, banyak yang apatis: malas ke TPS, muak mendengar kampanye, bahkan terang-terangan mencaci parpol.

Dan saat rakyat meninggalkan parpol, maka sejatinya mereka juga meninggalkan demokrasi model lama ini. Demokrasi yang katanya dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat---nyatanya sudah lama disulap jadi dari parpol, oleh parpol, untuk pemodal.

Gen Z: Revolusi Tanpa Parpol

Nah, di sinilah Gen Z tampil sebagai harapan baru. Generasi yang lahir di tengah gempuran digital ini ogah tunduk pada parpol. Mereka lebih percaya aplikasi daripada janji-janji politikus.

Gen Z justru mempercepat parpol masuk kubur. Mereka punya cara lain untuk menyelamatkan demokrasi. Lewat aplikasi populer, platform digital, atau media sosial, Gen Z bisa langsung memilih siapa wakilnya. Mereka ingin aktor negara yang amanah, kompeten, dan transparan---tanpa perantara parpol yang korup.

Bagi Gen Z, parpol itu bukan rumah demokrasi, tapi kutukan. Dan kutukan itu harus diputus.

Penutup

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline