Lihat ke Halaman Asli

briggita christie

Mahasiswi STIE Trisakti / 201950114

Menembus Langit-Langit Kaca

Diperbarui: 10 Agustus 2021   22:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Pemimpin Wanita | Sumber : www.peoplemattersglobal.com/

Dari seluruh populasi di dunia, setengahnya adalah wanita dan semakin banyak wanita yang memasuki dunia kerja setiap tahunnya. Namun, dari perekrutan hingga mendapatkan promosi, wanita menghadapi hambatan di tempat kerja. 

Terlepas dari diskusi tentang keragaman dan inklusi dalam organisasi, perempuan dalam peran kepemimpinan masih minoritas. Mereka menerima lebih sedikit kesempatan daripada rekan pria mereka untuk menunjukkan potensi penuh mereka, dan harus bekerja lebih keras dan membuktikan diri mereka berulang kali saat mereka naik ke posisi senior.

Laporan yang dibuat oleh Grant Thornton yaitu "Women in Business: Beyond Policy to Progress"  menyatakan bahwa sementara 75% bisnis memiliki setidaknya satu wanita dalam peran manajemen senior pada tahun 2018, dibandingkan dengan 66% pada tahun 2017, wanita masih memegang hanya 24% dari peran senior secara global.

Perilaku yang menghambat wanita untuk mendapatkan posisi lebih tinggi ini disebut sebagai Glass Ceiling. Glass Ceiling adalah sebuah metafora yang mengacu pada penghalang tak terlihat yang mencegah perempuan dan minoritas dipromosikan ke posisi manajerial dan eksekutif dalam suatu organisasi. Untuk menyederhanakannya, Glass Ceiling  adalah penghalang tak terlihat yang memisahkan perempuan dan minoritas dari posisi kepemimpinan puncak (Daft, Richard L., 2016).

Apa yang bisa dilakukan wanita untuk memecahkan Glass Ceiling ini? Tidak ada jawaban yang mudah karena keadaan berbeda dari satu wanita dan tempat kerja yang lain. Namun, Jennifer W. Martineau, yang telah ikut menulis buku "Kick Some Glass: 10 Ways Women Succeed at Work on Their Own Terms" dengan Portia R. Mount, percaya bahwa wanita dapat mengambil alih kesuksesan mereka sendiri. Buku ini memberdayakan wanita untuk memahami konteks mereka, mengungkap apa yang sebenarnya mereka inginkan, menemukan definisi kesuksesan mereka, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan mereka, dan menetapkan tujuan untuk mengatasi hambatan dari Glass Ceiling.

Dalam sebuah wawancara dengan SHRM India, Jennifer berbicara tentang bagaimana wanita dapat menembus Glass Ceiling. Berikut adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan.


Melampaui Upaya Rutin tentang Keanekaragaman dan Inklusi

Diskusi tentang pentingnya keragaman dan praktik inklusi dalam organisasi telah tersebar luas dalam beberapa tahun terakhir. Walaupun terdengar menakjubkan, tetapi upaya yang dilakukan itu sedikit. Alasan dibalik sedikitnya tindakan itu adalah bahwa praktik-praktik ini biasanya dirancang hanya untuk memenuhi norma-norma peraturan atau, dalam beberapa kasus, tidak didanai dengan baik. 

Misalnya, organisasi dapat fokus pada rekrutmen inklusif untuk menanamkan tingkat keragaman yang lebih tinggi dalam strategi SDM-nya. Mereka dapat secara proaktif merekrut sekelompok kandidat yang setidaknya 50% perempuan sebelum memulai proses seleksi. Jennifer juga menyatakan bahwa organisasi harus melihat Glass Ceiling sebagai masalah sistematis dan bukan sebagai masalah interpersonal atau individu. Organisasi perlu menerapkan sistem dan praktik terstruktur untuk memecahkan Glass Ceiling dan memberi ruang bagi perempuan. 


Menjembatani Kesenjangan antara Bicara dan Berjalan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline