Lihat ke Halaman Asli

Martha Weda

TERVERIFIKASI

Mamanya si Ganteng

Menjadi Korban Penyimpangan Seksual dan Perspektifnya

Diperbarui: 8 Agustus 2020   05:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi penyimpangan seksual (Sumber : Kompas.com)

Suatu hari lepas tengah malam, saya sedang duduk di depan meja belajar. Suasana malam yang senyap, didukung udara malam yang cukup dingin membuat saya terlena asyik menekuni materi mata kuliah Biologi Dasar.

Materi kuliah yang cukup banyak dan jelimet, serta ritme pembelajaran yang jauh lebih cepat daripada saat di Sekolah Menengah, memaksa saya dan kebanyakan teman-teman mahasiswa tahun pertama kala itu, seringkali belajar hingga lewat tengah malam, terutama di hari-hari menjelang ujian.

Di tengah-tengah keasyikan tersebut, tiba-tiba saja sepotong lidi bergerak masuk tanpa suara dari balik gorden jendela yang menutupi kaca nako yang ada di depan meja belajar.

Seketika itu juga saya terpaku, tak mampu bergerak, bahkan untuk sekedar menjerit. Mulut 1terkunci, darah seperti berhenti mengalir, otot-otot tubuh seketika kaku sulit digerakkan. Mata hanya memandang lurus mengikuti gerakan lidi yang hanya beberapa senti jaraknya dari muka.

Hanya hitungan detik, lidi itu kembali ditarik keluar dari jendela. Kemudian terdengar suara langkah kaki seperti menggunakan sandal jepit, bergerak menjauh dari jendela. 

Duh, mau copot rasanya jantung ini. 

Si pelaku tadi sepertinya berniat mengintip ke dalam kamar kost saya, dengan cara memasukkan lidi dari celah kaca nako dan berusaha menyibak gorden dengan lidi tersebut.

Untunglah gorden itu telah saya kaitkan dengan paku di bagian pinggirnya sehingga tidak bisa disibak. Usahanya untuk mengintip saya gagal total.

Kakak kelas yang sebelumnya menempati kamar ini memang pernah mengingatkan untuk berhati-hati terutama pada malam hari. Selalu menutup gorden dengan rapat dan tidak lupa mengaitkannya dengan paku di salah satu sisi yang menutup kaca nako.

Posisi rumah kost kami kala itu yang ada di perkampungan padat penduduk di tengah Kota Bogor, dan kamar-kamarnya terletak di sisi gang tempat lalu lalang banyak orang. membuat orang-orang dengan perilaku minus, berpikiran kotor, atau yang memiliki penyimpangan seksual memanfaatkan keadaan ini untuk memuaskan nafsu tak terpuji.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline