Kita semua tentu setuju, kalau Nazarudin adalah koruptor, perampok uang negara.
Kita semua juga tentu setuju, bahwa Nazarudin perlu dihukum sesuai dengan perbuatannya.
Bahwa dia warga negara Indonesia, yang mempunyai hak menulis dan mengirim surat kepada presiden yang notabene adalah presiden kita bersama.., kita semua juga pasti setuju.
Yang kita tidak setuju khan, bagaimana surat dari tersangka koruptor, koq malah lebih mendapat perhatian dari presiden kita, dibanding surat dari orang2 yang jelas2 teraniaya dan terdzolimi.., padahal orang itu adalah pembayar pajak, orang2 yang tertib dan taat hukum..
Menyimak komentar Ramadhan Pohan yang menyatakan "...Sebangsat-bangsatnya Nazaruddin, dia juga warga negara Indonesia..", saya merasa tergelitik untuk menggali makna dari pernyataan tsb.
Kalau maksudnya sebagai ungkapan pembenaran bahwa kalau warga negara pasti boleh menulis dan mengirim surat kepada presiden, rasanya terlalu normative dan rasanya tidak perlu diungkapkan, karena kita semua juga tahu.
Kalau maksudnya mengajak kita untuk memaklum bahwa suratnya kemudian gayung bersambut dan dibalas dengan sangat segera oleh presiden, ya kita juga setuju dan maklum, asal perlakuan itu juga berlaku sama rata terhadap semua orang warga negara yang sudah berkirim surat kepada presiden.
Tapi kalau terkesan discriminative, itu yang kemudian timbul beda pendapat diantara kita.., yang harusnya dia maklumi.
Orang selevel dia, tentu tidak bicara asala bicara tanpa makna.
Ungkapannya diatas pastilah ada makna, yang kalau bukan satu dari dua kemungkinan diatas, hanya dia dan Tuhan saja yang tahu.
Satu hal yang penasaran ingin saya tanyakan pada beliau, adakah dia juga ingat bahwa Nazarudin juga produk Demokrat ?
Kenapa dia tidak menyatakan “...Sebangsat-bangsatnya Nazaruddin, dia juga produk Demokrat..", sehingga orang akan lebih memaklumi bahwa kalau surat Nazarudin mendapatkan keistimewaan, itu karena SBY adalah bekas bossnya…?
Salam.
NB: Berbedda pendapat adalah wajar dan dapat difahami.
Itu bukan berarti anda bodo dan saya lebih pintar, atau sebaliknya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI