Lihat ke Halaman Asli

Ayu Lestari

Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Siliwangi

I Love You, I'm Sorry

Diperbarui: 14 Juni 2025   21:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kulihat kehadiranmu sambil melambaikan tangan di ujung jalan sana, senyuman yang kau berikan begitu cerah sampai mengalahkan mentari di pagi itu. Tubuhmu menyandar pada tiang lampu trotoar yang telah padam, begitu semangat menjuntaikan tangan meraih tangan itu lalu kau genggam. Bukan tanganku. Melainkan kekasihmu. Benar, aku hanya bisa menyaksikan itu di sisi lain sambil terduduk dengan segelas kopi yang kubeli barusan, rasa panas menjalar melewati tenggorokanku saat kucicipi kopi itu. Panas. Panas sekali. Begitu pula dengan hatiku.

“Hai, Lea.”

“Hai juga, selamat pagi Har!”

Aku mendongak saat Haru datang lalu duduk di sampingku. Rupanya dia habis olahraga pagi terlihat dari pakaian yang dia pakai, dan keringat yang membanjiri pelipisnya. Dia tampak kelelahan, lalu meminum air yang dibawanya dengan botol air berwarna biru. Aku tetap memperhatikan, tak sadar bahwa dia sudah melambai-lambaikan tangannya ke wajahku.

“Aku tau wajahku begitu tampan, tapi bisakah kau tidak terlalu ketara memperhatikannya?” Ucapnya tampak bercanda.

Aku terkekeh. “Sial! Siapa juga yang memperhatikanmu. Aku hanya penasaran, bagaimana mungkin orang semalas dirimu bisa tiba-tiba datang dengan tubuh yang sudah berkeringat di waktu sepagi ini.”

“Bohong sekali. Tinggal mengaku saja apa susahnya.” Haru menaik turunkan alisnya dengan jenaka setelah mengucapkan itu. “Aku tidak malas ya! Kebetulan hari ini minggu, dan pekerjaanku telah kubereskan semuanya, jadi kenapa waktu kosongku tidak kugunakan untuk bersantai saja.” Lanjutnya lagi terlihat bersemangat.

Aku menganggukkan kepalaku. “Oke… oke… aku paham.”

Setelah itu kami hanya terdiam, duduk di kursi pinggir jalan dekat taman. Memperhatikan suasana orang-orang berlalu-lalang, pagi yang sangat cerah di Pittenburg, tidak heran jika banyak yang keluar untuk menghirup udara segar menyambut musim semi.

“Setelah ini kau mau melakukan apa?” Tanya Haru, memecah keheningan. Pria dengan surai hitam legam itu tersenyum memperlihatkan lesung pipitnya.

Aku berpikir sejenak. Dirasa jika hari ini jadwalku kosong, dan mungkin aku hanya akan bersantai di rumah sambil menonton, maka kujawab,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline