Lihat ke Halaman Asli

Ikhwanul Halim

TERVERIFIKASI

Penyair Majenun

Hari-Hari Ini

Diperbarui: 7 Oktober 2025   08:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Kakakku Kolya menyerbu ke dapur seperti burung unta yang mengamuk. Lehernya dipenuhi bulu yang acak-acakan dan matanya bulat sebesar bola pingpong. Tangannya mengepal, wajahnya merah padam. Tas ransel tersampir di bahunya.

Dia bertelanjang kaki. Aku menahan diri dalam diam dan mengurus urusanku sendiri di kompor tempat aku membuatkan sarapan untuknya. Dia sudah bersumpah dia akan pergi kali ini.

"Jadi begitu?" suaranya menuntut sambil menembakkan tatapan sinar laser ke tengkorak bapak kami. Dia belum mengucapkan sepatah kata pun kepada kami sejak tadi malam.

Bapak menyendokkan bubur sereal ke dalam mulutnya. susu menetes ke janggutnya.

Bapak memiliki bahu lebar, dqada bidang, dan tangan yang terbuat dari balok kayu ulin. Biasanya Bapak tidak pernah peduli soal etiket, tapi sekarang dia meluangkan waktu untuk menyeka mulutnya setelah setiap gigitan, mengunyah dengan seksama, meletakkan sendoknya dengan rapi di atas meja, menyesap teh tawar dengan jari kelingkingnya di luar gelas.

Tubuh Kolya bagai mengepulkan asap.

Bapak bertanya, "Jadi begitu apanya?"

"Di mana?"

Wajahnya semerah mawar lincoln. Kalaulah dia tiba-tiba berubah menjadi hewan, aku yakin dia akan menjadi seekor banteng dalam film kartun, dengan mata merah dan hidung menguarkan uap panas.

"Apakah kamu sudah memeriksa kardus barang-barang hilang di gudang belakang?" tanya Bapak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline