Lihat ke Halaman Asli

Mengenang Pdt. Yabes Kuryah: Di Balik Duka, Kasih Allah Tak Pernah Berakhir

Diperbarui: 10 Oktober 2025   21:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat Kotbah (Sumber Gambar: DOKPRI/Asyer)

Satu tahun telah berlalu sejak kepergian Alm. Pdt. Yabes Kuryah, sosok gembala dan juga Ketua TIROSSA Sekadau semasa hidupnya. Untuk mengenang dan merayakan kasih Tuhan melalui kehidupan beliau, diselenggarakan sebuah ibadah peringatan satu tahun yang penuh makna. Ibadah ini bukan sekadar mengenang kepergian, tetapi juga menjadi momen penguatan bagi keluarga dan jemaat yang ditinggalkan.

Ibadah dipandu oleh Ibu Lodia sebagai pembawa acara. Dibuka dengan doa oleh: Pdt. Elias, mengajak jemaat yang hadir untuk menaikkan syukur atas kasih Tuhan yang menopang sepanjang masa duka.

Firman Tuhan disampaikan oleh Bapak Oberlin Lase, dengan nas firman dari 2 Korintus 4:16--18, dan mengusung tema: "Dibalik semua duka, ada kasih yang tidak pernah berakhir."

Dalam terang firman Tuhan, kehidupan orang percaya dipanggil untuk tidak menyerah di tengah penderitaan, melainkan melihat penderitaan dari perspektif kekekalan. Rasul Paulus dalam 2 Korintus 4:16--18 mengajarkan bahwa meski tubuh jasmani semakin merosot, batiniah kita diperbaharui dari hari ke hari.

Duka dan kesedihan adalah bagian nyata dari kehidupan di dunia yang sementara ini. Namun, iman Kristen menegaskan bahwa di balik setiap kesedihan, ada kasih Allah yang tidak berubah. Kematian bukanlah akhir, melainkan pintu menuju kemuliaan kekal.

Karena itu, setiap peringatan orang yang telah dipanggil Tuhan seyogianya menjadi kesempatan untuk menghibur, menguatkan, dan memperteguh pengharapan bagi jemaat dan keluarga yang ditinggalkan. Itulah kehendak Allah: agar umat-Nya tidak tenggelam dalam kesedihan, tetapi melihat kasih Tuhan yang bekerja di balik segala peristiwa hidup.

Akan tetapi kenyataannya, duka sering kali mengguncang batin manusia. Keluarga yang ditinggalkan, jemaat, dan sahabat yang pernah berjalan bersama orang yang telah meninggal, tentu mengalami kekosongan mendalam sejak beliau dipanggil Tuhan. Air mata, kenangan, dan rasa kehilangan menjadi bagian dari pergumulan sehari-hari.

Tidak mudah menerima kepergian seorang suami, ayah, gembala, atau sahabat yang telah banyak melayani dan menguatkan banyak orang. Meski iman mengajarkan pengharapan kekal, kenyataannya proses pemulihan membutuhkan waktu.

Karena itu, ibadah mengenang 1 tahun kepergian beliau menjadi momen penting: bukan hanya untuk mengenang jasa dan teladan hidupnya, tetapi juga untuk menghadirkan kasih Allah yang menghibur hati dan memperbaharui kekuatan iman keluarga serta jemaat yang ditinggalkan.

Dalam kotbahnya, Pak Oberlin Lase mengajak jemaat untuk pertama-tama mengakui realita duka. Kesedihan bukan untuk disangkal, tetapi untuk dibawa ke hadapan Tuhan yang memahami air mata umat-Nya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline