Lihat ke Halaman Asli

Array Anarcho

Tukang tulis

Dedi Mulyadi, dari Gubernur Konten, Mulyono Jilid II, Hingga Gubernur Lambe Turah

Diperbarui: 22 Mei 2025   20:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi saat bersama warga.(Sumber: ChatGPT)

Ngomongi Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi memang tidak ada habisnya. Lelaki yang identik dengan pakaian dan ikat kepala serba putih itu kerap kali jadi sorotan karena gebrakan-gebrakannya setelah menjadi Gubernur Jawa Barat. Mantan Bupati Purwakarta ini kerap membuat kebijakan yang mencuri perhatian publik. Misalnya saja soal kebijakan membongkar bangunan liar yang berdiri di bantaran Kali Sepak, Desa Srimukti dan Srijaya, Tambun Utara, Bekasi pada Maret 2025 lalu. Kebijakan ini diambil Dedi untuk mengatasi masalah banjir yang tak kunjung usai sejak beberapa tahun belakangan.

Dedi memimpin langsung pembongkaran ini. Meski menimbulkan pro kontra, tapi tak sedikit yang kemudian mendukung langkah mantan Anggota DPR RI tersebut. Beberapa pihak menilai langkah Dedi sudah tepat. Kali yang selama ini menyempit dan tersumbat akibat keberadaan bangunan liar kini mulai normal usai dilakukan pembongkaran bangunan dan pengorekan. Yang membuat Dedi banyak didukung masyarakat karena kebijakannya ini danggap cukup humanis. Ia tidak serta merta melakukan pembongkaran, tapi menjanjikan bantuan bagi pemilik warung yang lapaknya dibongkar.

Tidak berhenti sampai disitu, gebrakan lain yang cukup mencuri perhatian publik adalah ketika Dedi Mulyadi membuat kebijakan terkait pengiriman anak nakal ke barak militer. Anak-anak nakal yang sudah tidak bisa dinasihati orang tuanya kini digembleng oleh tentara. Di satu sisi, kebijakan ini dianggap cukup baik untuk menekan angka kenakalan remaja. Di lain hal, beberapa pihak menentang karena khawatir anak yang dikirim ke barak militer akan semakin nakal usai keluar dari pendidikan. Selain itu, pihak yang menentang menegaskan bahwa pengiriman anak ke barak militer dikhawatirkan akan menghilangkan hak anak. Namun demikian, mantan suami Anne Ratna Mustika ini tetap menjalankan programnya itu. Bahkan, Dedi berencana mengembangkan program ini menjadi Sekolah Kebangsaan Jawa Barat Istimewa.

Dapat Beragam Julukan

Karena ramainya perhatian publik terhadap Dedi Mulyadi, ia tak lepas dari kritikan beberapa pihak yang mungkin tidak senang dengan gayanya memimpin. Banyak pihak yang kemudian menyematkan beberapa julukan kepada mantan Anggota DPRD Purwakarta itu. Mulai dari julukan yang positif, hingga julukan yang negatif. Julukan positif terhadap Dedi Mulyadi misalnya "Bapak Aing". Julukan ini diberikan oleh warga Sunda yang senang dengan kepemimpinan Dedi Mulyadi,. Banyak pihak yang merasa terbantu dengan kepemimpinan Dedi Mulyadi. Ia kerap memberikan solusi jika mengambil tindakan. Misalnya saja soal penertiban. Dedi selalu memberikan uang pada pedagang yang terdampak penertiban.

Atau misalnya, ia membantu warga kurang mampu yang dilihat masih mau berusaha di tengah keterbatasan kondisi ekonomi. Beberapa video Dedi pun sering viral, karena dinilai sangat menyentuh. Tapi di lain sisi, banyak pula yang kemudian memberikan julukan negatif terhadap pria kelahiran 11 April 1971 itu. Seperti yang baru-baru ini viral. Dedi Mulyadi dijuluki sebagai Gubernur Lambe Turah. Julukan itu disematkan oleh Andi Muawiyah Ramly, Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sebab musabab Andi geram lantaran Dedi Mulyadi dianggap tidak perduli dengan Komite Olahraga Masyarakat Indonesia (KORMI).

Dedi Mulyadi disebut Andi tidak mengirimkan perwakilan KORMI pada event Festival Olahraga Nasional (Fornas) di Nusa Tenggara Barat (NTB). Padahal, kata Andi, Dedi Mulyadi bisa mengeluarkan anggaran cukup besar hanya untuk pengiriman anak-anak nakal ke barak militer. Sedangkan untuk aktivitas olahraga, Dedi Mulyadi dianggap kurang perduli. Tak pelak, Andi pun melontarkan julukan Gubernur Lambe Turah kepada Dedi Mulyadi. Lambe turah sendiri memiliki arti yang cukup negatif. Lambe adalah istilah dalam bahasa Jawa yang terdiri dari dua kata, yaitu "lambe" yang berarti bibir atau mulut, dan "turah" yang berarti berlebihan atau kelebihan.

Secara harfiah, lambe turah berarti "bibir yang berlebihan", tetapi makna yang berkembang di masyarakat adalah seseorang yang terlalu banyak bicara, khususnya dalam konteks membicarakan urusan atau aib orang lain, atau dikenal juga sebagai tukang gosip. Istilah ini sering digunakan untuk menyebut orang yang suka mengumbar rahasia, menambah-nambahkan informasi, atau membicarakan sesuatu secara berlebihan tanpa memikirkan dampaknya. Konotasi lambe turah umumnya negatif, karena perilaku seperti ini dapat menimbulkan fitnah, salah paham, dan merusak hubungan antarindividu.

Selain julukan Gubernur Lambe Turah, Dedi Mulyadi juga dijuluki Mulyono Jilid II. Hal ini terjadi karena gaya kepimpinan Dedi yang mirip dengan Jokowi. Saat Jokowi menjadi kepala daerah, ayah dari Gibran Rakabuming Raka itu sering masuk ke got. Cara ini juga dilakukan Dedi saat memimpin. Namun, Dedi menganggap julukan itu dilontarkan oleh buzzer yang tak senang dengan cara kepimpinannya. Bukan cuma itu, Dedi Mulyadi juga sempat dijuluki Gubernur Konten oleh Gubernur Kalimantan Timur, Rudy Masud. Meski maksud Rudy bukan negatif, tapi warganet terlanjur kesal dengan Rudy, karena dianggap kinerja Gubernur Kaltim itu belum ada apa-apanya dengan yang telah dibuat Dedy Mulyadi. Meski begitu, Dedi merespon santai julukan ini. Ia bahkan membalasnya dengan mengatakan, bahwa dengan ngonten, dia berhasil menurunkan biaya belanja iklan di pemerintahan.

Tidak cukup sampai disitu, Dedi Mulyadi juga dijuluki Raja Sunda. Julukan ini disematkan kepada Dedi ketika ramai isu soal Raja Jawa. Namun, julukan Raja Sunda terhadap Dedi lebih baik ketimbang Raja Jawa. Dedi dianggap sebagai kepala daerah yang selalu menjaga dan mempromosikan budaya Sunda kepada masyarakat luas. Ia tak segan-segan mengajak semua khalayak, khususnya warga Sunda untuk tetap mencintai budayanya sendiri.

Ada lagi julukan lain terhadap Dedi Mulyadi. Ia disebut sebagai Gubernur Pencitraan. Julukan ini disematkan kepada Dedi karena dia gemar sekali membuat konten dalam tiap kegiatannya. Namun begitu, Dedi tetap menjalankan aktivitas ngontennya. Sebab, julukan-julukan negatif terhadap Dedi ini dianggap sebagai bagian dari pekerjaan buzzer yang memang ingin menyerang mantan Ketua DPD Golkar Jawa Barat itu.

Semoga Tetap Membumi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline