Lihat ke Halaman Asli

Arif L Hakim

TERVERIFIKASI

digital media dan manusia

Onrust; Saksi Pertumpahan Darah dalam Berbagai Rangkaian Sejarah

Diperbarui: 3 November 2015   08:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Salah satu lukisan yang menggambarkan pertempuran yang terjadi di Pulau Onrust (www.antiquemaps-fair.com)"][/caption]Telah banyak orang bercerita tentang pulau mungil ini. Bukalah jurnal-jurnal yang merekam beberapa nama besar penjelajah dunia seperti James T. Cook dan Abel Tasman. Dua penjelajah penemu Benua Australia dan penemu Pulau Tasmania di Selandia Baru tersebut sempat menginjakkan kaki di pulau dengan luas sekitar 12 ha ini.

Pulau Onrust, sebuah pulau penuh sejarah karena menjadi titik awal sebelum VOC memonopoli perdagangan di Jawa dan beberapa daerah di Nusantara. Karena ramainya kapal yang hilir mudik di pulau ini, pulau ini juga dikenal dengan nama Pulau Kapal. Menurut versi yang lain, nama Onrust diambil dari nama seorang bangsawan Belanda bernama Baas Onrust Cornelis Van Der Walck yang pernah tinggal di pulau ini. Namun cerita yang lebih dominan tentang penamaan pulau ini adalah dari kata ‘onrust yang dalam bahasa Belanda bermakna tidak pernah istirahat, atau ‘unrest di dalam bahasa inggris.

Saya cukup beruntung diberi kesempatan mengeksplorasi pulau yang menjadi bagian dari pesona Indonesia yang terletak di Kepulauan Seribu ini. Melalui acara blog trip eksplorasi pesona bahari, Kompasiana, Kementerian Pariwisata, PT Seabreeze Indonesia mengajak saya dan 19 kompasianer untuk menilik lebih jauh Pulau Onrust, sebuah pulau yang berdekatan dengan Pulau Bidadari, Pulau Cipir, dan Pulau Kelor.

Saya beserta rombongan blog trip dipandu oleh Pak Candrian Attahiyat, seorang arkeolog senior dengan spesialisasi arkeologi kolonial yang sekarang menjadi salah satu tim ahli cagar budaya Provinsi DKI Jakarta. Bersama beliau, kami diajak menelusuri lebih jauh rekaman sejarah Pulau Onrust.

Terdapat bangunan yang menyerupai museum saat kami tiba di pulau ini. Di dalamnya, kami bisa melihat beragam catatan, maket, foto, dan benda-benda dari Pulau Onrust yang berhasil diselamatkan. Dari museum inilah, rekaman sejarah seolah diputar Pak Candrian ke belakang, melompati lipatan waktu berabad-abad silam.

[caption caption="Pak Candrian saat menjawab berbagai pertanyaan peserta blog trip (dok. pribadi)"]

[/caption]

Pulau Onrust telah eksis sejak ratusan tahun yang lalu. Di siniah salah satu tempat yang menjadi saksi terjadinya perebutan kekuasaan, pertumpahan darah, penyakit yang mewabah, penghilangan nyawa manusia, dan beragam sisi-sisi hitam peradaban pernah dilakukan.

Pada jaman dahulu, awalnya Pulau Onrust adalah salah satu tempat peristirahatan keluarga raja-raja Kerajaan Banten. Jayakarta yang merasa lebih dekat jaraknya dari Pulau Onrust kemudian menganggap bahwa pulau ini adalah bagian dari wilayahnya. Perseteruan pun terjadi tanpa pernah terselesaikan.

Pada 1610, VOC akhirnya mendapatkan ijin dari Pangeran Jayakarta untuk mengambil kayu sebagai bahan pembuatan kapal-kapalnya di Teluk Jayakarta. Tiga tahun kemudian VOC membangun galangan kapal di Pulau Onrust. Keputusan tersebut diambil karena VOC merasa gagal memonopoli perdagangan di Banten, sehingga perhatian mereka beralih ke Jayakarta.

Rupanya  Pangeran Jayakarta melakukan blunder atas kesepakatan ini. Dipimpin oleh JP Coen, Pulau Onrust bukan hanya menjadi pusat galangan kapal semata, melainkan dijadikan koloni, daerah pertahanan, bahkan sebagai pusat komando strategis selama VOC berada di wilayah Nusantara. Pada tahun 1619, JP Coen akhirnya menyerang Pelabuhan Sunda Kelapa dan mengganti namanya menjadi Batavia.   

[caption caption="Pulau Onrust dijadikan pos terdepan sektor barat semasa dikuasasi VOC (dok. Candrian Attahiyat)"]

[/caption]
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline