Belum genap tujuh hari, pejabat negeri kembali mengucapkan kata yang menusuk hati. Apalagi kali ini menuju pada para pekerja yang mulia, di mana masih banyak diantara mereka yang belum sejahtera. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa, Guru Indonesia.
Sayangnya, kata-kata itu terlontar dari pejabat yang mestinya menjadi panutan utama, yakni menteri agama Nasaruddin umar. Walau mungkin saja konteksnya tidak bermaksud menghina atau merendahkan yang mulia. Tapi, tetap saja, sebagai pemuka agama, Ia salah. Penyampaian yang rasa dan logikanya tidaklah pas dan pantas. Untung saja, beliau lekas tersadar. Mungkin khilaf lalu meminta maaf.
Lagi-lagi blunder soal komunikasi. Judul ini rasanya seringkali terlintas dalam buah pikir dan mungkin tidak begitu diresapi oleh kalangan atas. Ya, memang tidak semua. Namun saking seringnya, telinga pun getir mendengarnya.
"kalau mau cari uang, jangan jadi guru, jadi pedaganglah", inilah kalimat pemicu yang viral karena tentu tidak enak didengar. Singkat tapi sakit! Kesannya, guru mengharapkan gaji besar untuk lebih. Padahal untuk cukup saja, sulit. Mereka terbiasa mendapat di bawah rata-rata. Bahkan di berbagai pelosok nusantara, tak terhitung jumlah mereka yang mendapat gaji ratusan ribu per bulan. Membayangkannya saja mengerikan, bukan? Tapi mereka bertahan. Jadi, tidak perlu kata pahit itu terlontar, mereka pun sudah kebal.
Di tengah situasi yang sulit, pendapatan yang emprit, pun harapan yang seringkali jadi impian belaka, malah terlontar kalimat sengit. Padahal, untuk hidup irit saja, mereka sulit.
Lagi-lagi, ini menjadi pelajaran untuk mereka yang berada di atas agar lebih empati. Sekali lagi, hati-hati!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI