Lihat ke Halaman Asli

"Diabetes Melitus" Ancaman Diam Yang Mengintai Generasi Muda.

Diperbarui: 14 Oktober 2025   13:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Gambar Ilustrasi)

Diabetes melitus bukan lagi penyakit yang hanya menyerang orang tua. Kini, penyakit ini telah menjadi ancaman nyata bagi generasi muda dan bahkan anak-anak. Gaya hidup modern yang serba instan, minim aktivitas fisik, serta pola makan yang tidak sehat menjadi pemicu utama meningkatnya kasus diabetes tipe 2 di kalangan usia produktif. Ironisnya, banyak orang masih menganggap diabetes sebagai penyakit keturunan atau hanya menyerang mereka yang sudah lanjut usia.

Menurut data dari Kementerian Kesehatan dan berbagai lembaga kesehatan dunia, prevalensi diabetes di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Bahkan, Indonesia masuk dalam daftar negara dengan jumlah penderita diabetes tertinggi di dunia. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap pencegahan dan penanganan diabetes masih sangat rendah.

alah satu penyebab utama meningkatnya kasus diabetes adalah pola makan yang buruk. Konsumsi makanan tinggi gula, lemak jenuh, dan karbohidrat sederhana menjadi kebiasaan yang sulit dihindari. Minuman manis, makanan cepat saji, dan camilan tinggi kalori menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari, terutama di kalangan anak muda. Ditambah lagi dengan kurangnya aktivitas fisik akibat gaya hidup sedentari, seperti duduk berjam-jam di depan layar komputer atau ponsel.

Selain itu, kurangnya edukasi tentang diabetes juga menjadi faktor penting. Banyak orang tidak mengetahui gejala awal diabetes, seperti sering merasa haus, sering buang air kecil, mudah lelah, dan luka yang sulit sembuh. Akibatnya, banyak penderita yang baru menyadari penyakitnya ketika sudah memasuki tahap komplikasi, seperti kerusakan ginjal, gangguan penglihatan, hingga penyakit jantung.

Penting untuk memahami bahwa diabetes bukan hanya soal kadar gula darah yang tinggi. Penyakit ini dapat memengaruhi berbagai organ tubuh dan menurunkan kualitas hidup secara drastis. Oleh karena itu, pencegahan harus dimulai sejak dini, terutama di kalangan anak muda yang masih memiliki potensi besar untuk hidup sehat.

Pemerintah dan lembaga kesehatan perlu memperkuat kampanye edukasi tentang diabetes, terutama di sekolah dan kampus. Program deteksi dini, penyuluhan gizi, dan promosi gaya hidup sehat harus menjadi bagian dari kurikulum pendidikan. Selain itu, keluarga juga memiliki peran penting dalam membentuk kebiasaan makan dan aktivitas anak sejak kecil.

Di sisi lain, industri makanan dan minuman juga harus bertanggung jawab. Produk yang dijual kepada masyarakat seharusnya memiliki label gizi yang jelas dan tidak menyesatkan. Promosi makanan sehat harus lebih gencar dibandingkan iklan makanan cepat saji yang kini mendominasi media.

Sebagai individu, kita juga harus mulai peduli terhadap kesehatan diri sendiri. Memilih makanan sehat, rutin berolahraga, dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala adalah langkah sederhana namun sangat efektif untuk mencegah diabetes. Jangan menunggu hingga gejala muncul atau komplikasi terjadi. Lebih baik mencegah daripada mengobati.

Diabetes melitus memang penyakit kronis yang tidak bisa disembuhkan sepenuhnya, tetapi bisa dikendalikan. Dengan pengelolaan yang tepat, penderita diabetes tetap bisa menjalani hidup yang produktif dan berkualitas. Namun, akan jauh lebih baik jika kita bisa mencegahnya sejak awal.

Generasi muda adalah harapan bangsa. Jangan biarkan mereka tumbang oleh penyakit yang sebenarnya bisa dicegah. Mari bersama-sama membangun kesadaran, mengubah gaya hidup, dan menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan. Karena masa depan yang sehat dimulai dari langkah kecil hari ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline