Dunia Serba Cepat, Jiwa yang Tersesat
Kita hidup di zaman di mana manusia bekerja tanpa sempat bertanya: untuk apa aku hidup? Dari pagi ke pagi, dikejar target, cicilan, dan ambisi hingga lupa bernapas sebagai manusia. Ironisnya, semua itu dilakukan demi "hidup layak", padahal yang tersisa justru kelelahan eksistensial.
Paus Yohanes Paulus II menampar kesadaran modern ini:
"Manusia zaman ini tahu bagaimana membuat segala sesuatu, tetapi tidak tahu lagi bagaimana untuk hidup."
Kita berhasil menciptakan dunia yang efisien tapi kehilangan jiwa di dalamnya.
Manusia bukan lagi tuan atas ciptaan, melainkan budak dari ciptaannya sendiri.
Manusia: Gambar Allah yang Lupa Wajahnya Sendiri
Kitab Kejadian menegaskan:
"Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita." (Kejadian 1:26)
Manusia bukan buruh semesta, melainkan rekan Allah, co-creator yang dipanggil mencipta dengan kasih.
Namun dosa membuat manusia lupa mandat ilahinya. Ia memilih menjadi "tuhan kecil" atas ciptaannya sendiri, membangun tatanan ekonomi dan sosial yang menindas manusia lain bahkan dirinya sendiri.