Lihat ke Halaman Asli

anggirizkys_

Si Introvert yang pandai merangkai kata dalam sebuah tulisan

Cantik Itu Seperti Apa? (Part 4)

Diperbarui: 30 Maret 2020   10:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Aku kira ekskul yang ku ikuti tidak sama seperti teman-temanku yang suka membullyku, nyatanya mereka sama saja seperti temanku, mereka suka membullyku, menghinaku. Aku tidak tau apakah aku anak yang terlalu baperan saat itu. Anak lemah yang hanya bisa menangis, perkataan mereka semua selalu aku masukkan kedalam hati. Dan membuat aku semakin rapuh dan hancur 

Aku sangat ingat sekali, aku sering dipanggil dengan sebutan yang menurutku saat itu sangat menyakitkan dan tidak mau ku dengar kata-kata itu. Aku tidak ingat seberapa besar badanku dahulu. Fisikku saat itu membuat mereka menghinaku atau karena tingkahku yang kekanakan-kekanakanlah yang membuat mereka menghinaku, aku tidak tau pasti penyebab kenapa aku dibully dengan mereka.

Kamu pernah dengar dibully oleh satu atau dua orang teman ? bahkan satu kelas ? aku berbeda. aku dibully hampir oleh satu sekolah. gimana rasanya ? ada yang tau. hemmm sungguh rasanya menyakitkan, sungguh rasanya aku ingin pindah saja dari sekolah itu. Sekolah itu bukanlah tempat belajar untukku, sekolah itu bagaikan penjara buatku. 

Ingin rasanya aku cepat-cepat segera menyelesaikan tugasku sebagai siswa disana. Aku ingat apa saja perlakuan mereka padaku. Mungkin, kamu semua akan bertanya kepadaku. Kenapa saat itu aku tidak mengadu kepada orang tuaku atas perbuatan mereka padaku ?? Atau tidak memilih untuk pindah sekolah saja saat itu. 

Aku tidak ingin membuat orang tuaku bersedih, dan aku juga tidak mau menyusahkan mereka. Itulah pemikiranku saat itu. Aku tidak mau orang tuaku tau bahwa aku disakiti oleh teman-temanku. Apalagi berpikir untuk meminta orang tuaku memindahkan ku disekolah lain. Aku benar-benar tidak ingin membebankan kedua orang tuaku. Karena, semasa ku duduk dibangku sekolah dasar. Aku sangat sering membuat ayah atau ibuku menjadi langganan panggilan orang tua karena ulah nakalku. Dan itu sudah cukup membuat mereka bersedih karena ulahku. Dan saat duduk dibangku SMA aku sudah bertekad untuk tidak lagi menyusahkan mereka. Semuanya aku lakukan sendiri. 

Aku sudah merasakan apa itu namanya bully dibangku SMA. Memang sulit, dan menyakitkan tetapi aku yakin dan bisa melewatinya. Saat aku duduk dibangku kelas 2 SMA dan 3 SMA aku tetap saja mendapatkan perlakuan bully tetapi tidak ekstrem saat aku masih duduk dibangku kelas 1 SMA. Bullyan itu tetap ada tetapi tidak sebanyak dahulu. Rasanya diriku sudah kebal dengan hinaan mereka, mulut mereka yang sungguh menjijikan itu. 

Sampai saat ini pun, aku merasa inscure dengan diriku sendiri. Aku selalu merasa diriku seorang monster, aku tidak layak dibilang cantik. Aku marah ketika mereka berkata dan memujiku cantik. Aku tidak percaya dengan diriku sendiri. Hinaan mereka mungkin sudah berlalu tetapi aku selalu merasa takut, takut dan takut. 

Tetapi aku bersyukur setelah masa-masa itu berakhir. Aku mengambil kuliah disalah satu universitas swasta dikotaku. Aku kira kelak aku akan merasakan apa yang aku rasakan ketika aku duduk dibangku SMA. Ternyata, tidak...

Aku mendapatkan beberapa teman, yang bisa menerimaku apa adanya, menerima semua kekurangan dan kelebihan yang ad didalam diriku. Aku sangat bersyukur mereka mau menerimaku menjadi teman mereka. Aku tidak lagi mengalami bullyan seperti saat SMA dahulu. Aku pun bahagia dan tidak merasa sendiri. tidak merasakan rasa sakit itu lagi. 

Allah itu baik sekali padaku...

Dia menggantikan dan mengobati rasa sakit yang aku alami selama ini. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline